"Ini yang bener! Ini yang bener!" Babeh Bibo berteriak lantang bersemangat. Ditunjuk-tunjuknya layar TV di warung Mpok Bonah yang tengah menyiarkan pidato seorang lurah dari desa tetangga.
"Kudunya memang berterima kasih sebelum lengser, bukan minta maaf!" lanjutnya.
Padahal, si Lurah baru saja mengucapkan rasa terima kasihnya pada warga. Belum bicara yang lainnya. Belum bicara tentang jabatannya yang bulan depan akan diletakannya. Iya, lurah itu mau habis masa baktinya.
"Memang kudu gitu. Bukan kayak lurah ono!" Babeh Bibo kembali nyerocos, lalu kembali menyimak pidato si lurah.
"..kembali saya haturkan ribuan terima kasih kepada warga sekalian, terutama yang selama ini selalu menyerang kebijakan saya, selalu memaki-maki dan menghujat saya di obrolan warung maupun media sosial. Terima kasih atas keikhlasan Anda sekalian untuk menyerahkan amal baik Anda sekalian di akhirat nanti kepada saya.."
"Loh, maksudnya apa itu?" Babeh Bibo kaget.
Wak Sani yang sedari tadi asik merokok di dekatnya hanya menyeringai lebar. Menahan tawa.
"Pegimane ntu, Wak?" tanya Babeh Bibo.
"O, dia kan muslim. Orang Islam," Wak Sani menjawab sembari menyeruput kopinya.
"Lha, terus?"