Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Adakah Bacaan Pustaka Dasar untuk Anak SD?

20 Agustus 2023   15:06 Diperbarui: 20 Agustus 2023   15:09 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya generasi 80-an. Saat Gerhana Matahari Total era orde baru, saya sudah SD. Saya akrab dengan buku bacaan ini budi, ini ibu budi, dan seterusnya. Saya juga akrab dengan buku-buku perpustakaan. Terutama buku cerita, novel anak-anak. Kebanyakan terbitan Balai Pustaka. Ada logo BP di tiap sampulnya. Di sekitar tulisan: Milik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tidak Diperdagangkan".

Ada Detektif Bintang, Ada Wan Kobar (Hulubalang Tanah Deli), ada Lima Sekawan versi Indonesia: Saba-Danu-Ripin-Lodan-Jupri. Yang saya sebutkan itu semua karya C.M. Nas. Entah nama aslinya siapa. Yang jelas saya suka.

Ada juga cerita tentang kehidupan satwa yang diceritakan setengah fabel setengah cerita biasa. Ada Tuska Penyeruduk Pantang Takut (Babirusa), ada Gogo Perenang Licin yang Cendekia (Penguin), ada Inkosi Raja Rimba Perburuan (Singa), ada Fleet (Rusa Jantan Tak terkalahkan). Ada juga Frisk Pengelana Pantang Jera (Berang-Berang). Masih banyak seri satwa yang lain. Saya belum sempat membacanya....hingga sekarang.

Yang paling saya suka adalah buku  cerita berjudul: Krakatau. Saya lupa nama pengarangnya. Isinya demikian berkesan bagi saya. Benar-benar legend. Maksudnya: legenda. Karena dari sekian banyak tokoh dalam cerita, semuanya ada di peta Indonesia. Ada nama: (si) Panjang, Suwarna, Tabuan, Sertung, Sebuku, Sebesi, Rakata, dan tentu saja: KRAKATAU.

Entah mengapa cerita legenda Krakatau versi di buku itu belum ada yang tertarik mem-film-kan. Padahal, animasinya bisa dibuat sekeren The Lord of The Rings. Selain perang antar-kerajaan, ada adegan pertempuran antara naga liong Wangka versus naga terbang Karimata. Keduanya berukuran raksasa.

Naga liong Wangka itu jelmaan penyihir bernama Muang Kra dari tanah Genting Kra. Naga Karimata jelmaan Panglima Lahewa dari Pulau Nias, guru Pangeran Tabuan. Di akhir cerita, kedua naga sama-sama binasa, terlempar oleh letusan Krakatau yang maha dahsyat. Tubuh naga raksasa Wangka terlempar jauh dan jatuh di lautan menjadi sebuah pulau. Namanya Pulau Wangka yang akhirnya disebut Pulau Bangka. Tubuh Naga Karimata pun terlempar jauh dan jatuh di lautan menjadi sebuah pulau. Namanya Pulau Karimata. Begitulah sebagian kecil ceritanya.

Ada yang penasaran cerita lengkapnya? Kapan-kapan saya tuliskan. Kalau belum keduluan orang..he..he.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun