Kalau ada indigo jalur komedi, mungkin saya salah satunya. Saya sering menangkap kelucuan dari berbagai hal yang jarang sekali orang lain tahu (peduli). Saya harus tunjukkan dulu lucunya tuh di situ, baru mereka paham kalau itu sebenarnya lucu. Kalau nggak lucu ya minimal aneh alias too good to be true. Misalnya dalam gelaran Asian Games (AG) 2018 lalu.
AG 2018 sudah lama usai. Tapi ada beberapa hal yang belum terungkap. Padahal cukup "penting" dijabarkan sebagai pembelajaran. Salah satunya makna  yang terkandung atau tersembunyi dalam lagu temanya: "Meraih Bintang" dan juga pemilihan penyanyinya, Via Vallen.
Lirik lagu Meraih Bintang ciptaan Parlin Burman Siburian alias Pay ini memuat kalimat-kalimat:
Terus fokus satu titik
Hanya itu, titik itu
Tetap fokus kita kejar ...
....
Lalu, anehnya di mana? Relevansi judulnya bagaimana? Hubungannya dengan Prabowo - Sandi apa?
Memang, saat AG 2018 dibuka, Prabowo-Sandi belum resmi mendaftar sebagai pasangan capres-cawapres 2019. Tapi justru di sinilah anehnya. Lagu itu seakan sudah meramalkan sebelumnya bahwa rival Jokowi dalam pilpres 2019 adalah Prabowo-Sandi. Dan. Tiga baris lirik lagu di atas merupakan hal-hal yang justru dilanggar oleh pasangan Prabowo-Sandi sehingga gagal "meraih bintang".
Kita tahu, pada masa kampanyenya cawapres Sandiaga Uno melansir statemen bahwa ia telah menyelesaikan kunjungan ke ribuan titik hanya dalam waktu beberapa bulan. Ia pasti merasa itu prestasi gemilang. Padahal, kalau kita merujuk pada lagu tema AG 2018, aksinya itu berlawanan dengan deskripsi usaha untuk meraih bintang. Secara interpolasi data dapat disimpulkan bahwa usahanya mengunjungi ribuan titik dalam beberapa bulan itu justru akan menjauhi bintang, bukan meraihnya. Karena dalam lagu itu dikatakan satu titik (bukan dua, tiga, apalagi ribuan), fokus satu titik, hanya itu, titik itu. Kalau titiknya kebanyakan, tidak akan bisa fokus. Akibatnya, bintangnya makin menjauh, makin sulit diraih.
Namun, bukan hanya itu "kesalahan" si cawapres. Karena selain titiknya banyak hingga ribuan, beliau juga bukan hanya mengejar titik. Kita tahu ada Bu Lia, Bik Narti, Bu Lies, dan bahkan Pak Najib yang justru  laki-laki. Jadi, bukan hanya titik. Dalam hal ini sang cawapres non-petahana terbukti tidak fokus. Kalah fokus sama capres-nya, Pak Prabowo.
Pak Prabowo tidak mengejar banyak titik. Pak Prabowo hanya mengejar satu titik, tetap fokus satu titik, hanya itu, titik itu. Titik yang mana? Titik yang sekilas mirip Via Valen. Apa? Nggak mirip? Coba perhatikan lagi. Sama cantiknya, kan? Sudah, percaya saja.
Ada lagi detail tambahan yang sarat makna, yaitu goyang dayung Presiden Jokowi saat lagu tema itu dinyanyikan dalam pembukaan AG Â 2018. Pak Jokowi mendayung tak hanya sekali. Mendayung, berhenti, lalu mendayung lagi. Artinya apa? Saran untuk kembali mendayung. Mendayung apa? Mendayung bahtera. Bahtera apa? Bahtera kehidupan. Kehidupan apa? Kehidupan yang baru (lagi). Sudah. Tidak perlu diperjelas lagi.
Begitulah yang saya tangkap. Benar tidaknya tendensi pada lagu tema AG 2018 yang saya jabarkan ini, semua bebas menyimpulkan. Bisa jadi penciptanya justru tidak menyadari kalau lirik lagu yang ditulisnya itu mengandung pesan visioner tersembunyi. Atau sebaliknya, semua itu sengaja dia rancang sedemikian rupa atas pesanan....Pak Jokowi? Entahlah. Hanya sayang saja kalau pesan seunik itu tak tersampaikan. Makanya saya tuliskan. Apa? Mengapa baru sekarang? Kalau dulu-dulu, saya takut disomasi emak-emak pepes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H