Namun, bukan hanya itu "kesalahan" si cawapres. Karena selain titiknya banyak hingga ribuan, beliau juga bukan hanya mengejar titik. Kita tahu ada Bu Lia, Bik Narti, Bu Lies, dan bahkan Pak Najib yang justru  laki-laki. Jadi, bukan hanya titik. Dalam hal ini sang cawapres non-petahana terbukti tidak fokus. Kalah fokus sama capres-nya, Pak Prabowo.
Pak Prabowo tidak mengejar banyak titik. Pak Prabowo hanya mengejar satu titik, tetap fokus satu titik, hanya itu, titik itu. Titik yang mana? Titik yang sekilas mirip Via Valen. Apa? Nggak mirip? Coba perhatikan lagi. Sama cantiknya, kan? Sudah, percaya saja.
Ada lagi detail tambahan yang sarat makna, yaitu goyang dayung Presiden Jokowi saat lagu tema itu dinyanyikan dalam pembukaan AG Â 2018. Pak Jokowi mendayung tak hanya sekali. Mendayung, berhenti, lalu mendayung lagi. Artinya apa? Saran untuk kembali mendayung. Mendayung apa? Mendayung bahtera. Bahtera apa? Bahtera kehidupan. Kehidupan apa? Kehidupan yang baru (lagi). Sudah. Tidak perlu diperjelas lagi.
Begitulah yang saya tangkap. Benar tidaknya tendensi pada lagu tema AG 2018 yang saya jabarkan ini, semua bebas menyimpulkan. Bisa jadi penciptanya justru tidak menyadari kalau lirik lagu yang ditulisnya itu mengandung pesan visioner tersembunyi. Atau sebaliknya, semua itu sengaja dia rancang sedemikian rupa atas pesanan....Pak Jokowi? Entahlah. Hanya sayang saja kalau pesan seunik itu tak tersampaikan. Makanya saya tuliskan. Apa? Mengapa baru sekarang? Kalau dulu-dulu, saya takut disomasi emak-emak pepes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H