Baru sekitar dua tahun saya mulai membeli barang secara online melalui sebuah market place. Seingat saya, sudah semua kurir yang resmi tercantum di halaman web penjual di market place itu pernah saya gunakan, termasuk J&T Express.
Saat membeli barang secara online, biasanya saya tidak terburu-buru untuk menggunakannya sehingga saya cenderung memilih kurir yang paling murah.Â
Awalnya, kurir J&T bukan  pilihan bagi saya karena tarifnya termasuk tinggi di antara yang lainnya.  Saat itu saya belum tahu kalau J&T ternyata menyediakan voucher diskon ongkos kirim (ongkir). Saya pernah beberapa kali mengirim paket menggunakan kurir J&T (dan servisnya oke), tetapi menggunakannya saat belanja online saat itu belum pernah.
Pembelian pertama saya yang menggunakan kurir J&T terjadi saat market place yang saya ikuti mengadakan penjualan cepat (flash). Market place memberikan voucher diskon ongkir untuk pilihan kurir J&T. Setelah berkali-kali "berjuang" akhirnya saya berhasil membeli sebuah earphone bagus dengan harga murah yang akan dikirim via J&T.
Saya pantau terus progres pengiriman via aplikasi market place hingga suatu sore sehabis maghrib saya mendapatkan notifikasi bahwa pesanan saya telah diterima. Nama yang tertera sebagai penerima adalah nama saya sendiri. Tapi saya belum terlalu heran. Segera saya sweeping teras dan halaman, mencari-cari lokasi paket diletakkan, ternyata tidak ketemu. Pasti ada yang salah, pikir saya.
Esok harinya saya mengunjungi agen J&T yang tak terlalu jauh dari rumah, untuk klarifikasi pengiriman. Kebetulan mas kurir (sprinter) juga ada di tempat sehingga komplain saya segera ditindaklanjuti. Oleh karena kalau hanya membaca alamat kurang bisa mengingat, saya dan mas sprinter pun menuju ke rumah saya.
"Itu, Pak. Paketnya sudah saya masukkan", katanya sambil menunjuk bungkusan kecil di teras rumah.
"Lho, itu bukan rumah saya, Mas," jawab saya sambil tertawa. Itu rumah tetangga sebelah persis.
"Kan nomor 26? Itu yang di depan kan nomor 25?" mas sprinter bingung. Pengaturan nomor rumah di tempat kami memang begitu, genap di satu sisi jalan, yang ganjil di seberangnya.
"Iya, tapi yang ini nomor 24, Mas," jawab saya makin geli.
"Oh, maaf, Pak. Kemarin gelap soalnya."