"Baik. Tapi bukankah kyai menyatakan berkali-kali ketemu dengan Ki Ratmoko dalam mimpi? Bukankah itu petunjuk valid bagi seseorang setaraf Anda, kyai? Petunjuk valid bahwa itu sinyal Ilahi?"
Kyai Ano kembali tertawa. Kali ini lebih keras dan lepas, lalu menjawab, "Kalian tahu, mimpi itu benar adanya. Dalam mimpiku Ratmoko datang menemuiku..."
"Nah, itu!!" salah satu anggota rombongan memotong pembicaraan Kyai Ano. Kyai Ano kembali tertawa geli.
"Ah, kalian sama saja dengan pendakwah kalian itu. Di kepala kalian cuma ada nama Ratmoko.. Ratmoko.. Ratmoko. Semua hal akan kalian giring pada kesimpulan bahwa Ratmoko yang akan menang. Seakan kontestan yang lain tak ada artinya!"
"Lho, apakah Ki Lurah Petahana juga datang dalam mimpi Anda, Kyai?"
"Tidak!"
"Nah, itu? Kyai sendiri tidak punya bukti atau alibi yang mengarah ke kemenangan Ki Lurah Petahana, kan?"
Kyai Ano yang aslinya bernama lengkap Anonim itu terlihat gemas, lalu dengan suara menggelegar menandaskan,
"Kalau itu yang kalian maksud, Lurah Petahana memang tidak datang menemuiku dalam mimpi. Tapi justru aku sendiri mendatanginya dalam mimpinya. PAHAM KALIAN?"
Kali ini semua anggota rombongan terdiam ketakutan. Nyali mereka mengkeret. Nyali yang semula sebesar genderuwo tiba-tiba mungkret menjadi sebesar jenglot.
***