Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Sasmita" Gubernur DKI tentang Kepindahan Ibu Kota

1 Mei 2019   13:00 Diperbarui: 1 Mei 2019   13:16 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekantan, satwa maskot Dufan (Sumber: pesona.travel)

Dalam paket wacana tentang "Satrio Piningit" sebagai pemimpin Nusantara, terdapat terminologi "Satrio Boyong Pambukaning Gapura". Dalam skala kepemimpinan negara, istilah boyong mestinya tidak ditafsirkan sempit hanya sebagai boyongan/kepindahan rumah dinas seseorang. Istilah "boyongan" mestinya dimaknai secara luas yang melibatkan rakyat. Istilah boyongan mestinya dimaknai sebagai boyongan/pemindahan ibukota. Jadi, satrio boyong pambukaning gapura adalah pemimpin yang memindahkan ibukota negara dan membuka sejarah baru serta gerbang kemajuan negara.

Kebetulan, wacana pemindahan ibukota yang sebenarnya sudah dimulai 2-3 tahun lalu itu kembali digaungkan. Dan, sebagai warga negara saya ingin memberi masukan.

Sebenarnya, saya sudah melihat tanda-tanda ibukota akan pindah ke pulau Kalimantan. Tanda itu mulai muncul menjelang Asian Games 2018 dalam bentuk "sasmita" alias kode atau pesan rahasia dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Saat itu sebuah sungai di ibukota menjadi perhatian dunia. Karena apa?

Yaa. Sungai di "ibukota di-waringin".

Ibukota di mana?

Ya, di situ. Di-waringin.

(Kota)waringin Barat atau Timur nantinya, tunggu saja keputusan-Nya yang termanifestasikan pada hasil studi kelayakan yang dilakukan para ilmuwan dan kawan-kawan. Yang jelas, isyaratnya memang di pulau tadi itu. Sasmita dari Gubernur Anies memang mengacu ke pulau tadi.

Karena sungai yang ditutupi waring akan berkurang nilai ekologisnya.Fungsi utamanya hilang. Bukan lagi sungai, bukan lagi kali. Ia jadi mantan kali.. Ex-River. Pulau besar itu (lagi).

By the way, sang gubernur itu sekadar menjalankan takdirnya untuk sampaikan pesan rahasia dari-Nya. Agar tak jadi polemik dan kontraproduktif kehebohannya. Jangan dipermasalahkan lagi soal "sungai di ibukota di-waringin". Mungkin beliau sendiri justru tak paham maksudnya. Karena sekadar perantara. Kita yang harus jeli menafsirkannya.

O, iya. Sungai di ibukota diwaringin saat Asian Games karena kotor, bau, dan hitam. Hal ini pun ada artinya. Saya meyakini Kotawaringin Barat lebih cocok sebagai ibukota baru Indonesia. Karena di sana juga ada sungai yang airnya berwarna hitam. Tapi bukan karena kotor. Hitam tapi bersih. Baunya juga segar alami. Indah, mempesona. Di Taman Nasional Tanjung Puting. Cocok sebagai spot pariwisata ibukota kita nantinya. Apalagi maskot Dufan yang asli juga sudah di sana.

Ada yang sependapat dengan saya? Pak Jokowi, mungkin? wkwkwkwk....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun