Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kafir Halal, Komunis pun Halal

23 Juni 2016   12:20 Diperbarui: 23 Juni 2016   12:26 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kafir itu halal, komunis juga halal. Halal diapakan? Tentu saja halal untuk dipelajari dan bahkan dikonsumsi. Boleh dinikmati dengan bebas, tidak perlu dijauhi, apalagi ditakutkan.

Meski profil dan namanya lumayan buruk, kafir tak selalu buruk dimaknai. Malah kadang banyak yang suka. Dijadikan sarana penyegar pikiran. Jadi menu pilihan untuk pelengkap perbincangan.

Begitu pula dengan komunis. Meski banyak yang tak suka kena getahnya, komunis sering dihadirkan sebagai pelengkap obrolan diskusi. Asyik sebagai selingan di antara canda di warung kopi, kedai teh, atau depot minuman lainnya, baik saat pagi, siang, sore, maupun malam hari.

Bukan hanya para petualang ajaran, para pemihak kemapanan pun banyak yang suka kafir dan komunis. Entah kenapa, kafir dan komunis diciptakan-Nya nyaris sewarna. Bukan merah menyala atau hitam kelam penampakannya, kafir dan komunis sama-sama ijo-nya. Meskipun demikian, kafir dan komunis biasanya tidak hadir bersamaan. Nggak matching, kata sebagian orang.

Kafir bisa diperas dijadikan minuman. Segar badan, sehat pikiran. Komunis bisa digoreng dijadikan camilan. Ciptakan rasa rileks, santai, dan nyaman.

Ini bukan bohong, bukan pula tipuan. Yang saya maksud kafir itu kaffir- lime alias jeruk purut. Yang saya maksud komunis itu Artocarpus communis alias sukun. Minuman jeruk purut dan sukun goreng memang nggak-matching disandingkan, kan?

Jadi, kafir itu ada juga manfaatnya. Komunis pun bisa jadi dibutuhkan sebagai pelengkap suasana gembira. Gambar memang tak banyak saya tampilkan. Supaya dari awal tidak segera ketahuan. Bahwa secara tidak langsung saya akan sumbangkan dua kosa kata alternatif makian, yang mengharuskan objek penderitanya berpikir dulu sebelum tersinggung atau membuka pertengkaran. Karena yang sukun biasanya jeruk purut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun