Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Koboi Fitrop dalam Iklan Minuman, Kampanye Anti-Kesantunan?

14 Juni 2016   10:06 Diperbarui: 17 Juni 2016   19:51 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iklan, terutama iklan audiovisual di televisi kadang menyisipkan perilaku yang jika banyak ditiru akan menjadi budaya. Jika perilaku itu kurang "relevan", berarti iklan tersebut berpotensi menimbulkan kerusakan, kerusakan ajaran dan tatanan yang berujung pada kerusakan budaya masyarakat penontonnya.

Salah satu iklan yang menurut saya perlu dikritisi adalah iklan yang memuat tayangan aksi makan dan atau minum. Iklan makanan biasanya menayangkan betapa berseleranya bintang iklan "mengganyang" produk yang diiklankan. Iklan minuman biasanya menayangkan betapa bintang iklan terlihat benar-benar menikmati minuman yang diiklankannya. Penonton sering disuguhi tayangan aksi "lepas kendali" seseorang dalam mengonsumsi produk yang sedang diiklankan.

Iklan minuman suplemen atau minuman berenergi biasanya menayangkan aksi seseorang yang meminumnya tanpa mempedulikan adanya cairan yang diminumnya itu tumpah dan tak jadi masuk ke mulutnya. Yang penting terlihat bernafsu dan akhirnya puas. Yang penting ada yang terlihat masuk ke mulut. Masa bodoh apakah aksinya itu lebih tepat disebut meminum, menuang, ataukah memakan minuman.

Begitu pula dengan iklan minuman dengan bintang Fitri Tropica alias Fitrop yang saya soroti ini. Alur ceritanya, bumbu penarik perhatiannya, itu tak jadi soal meski tak masuk akal. Yang jadi soal adalah aksi inti saat Fitrop meminum..ah bukan, lebih tepat dikatakan "menenggak" minuman yang diiklankan.

Minum ala manusia biasa melibatkan aksi hisap dengan memanfaatkan lidah sehingga cairan yang diminum tidak harus berada di atas mulut. Lidah manusia didesain untuk mampu mengisap cairan. Manusia tidak perlu terlalu mendongakkan kepalanya sambil mengandalkan gravitasi untuk memasukkan air ke kerongkongannya. Tidak perlu. Tapi itulah yang dilakukan Fitri Tropica dalam iklan yang dibintanginya. Ia mengambil botol berisi minuman yang diiklankan, memasukkan ujung botol ke mulutnya, lalu mendongakkan kepalanya hingga cairan minuman membocor keluar yang langsung ditelan dan diterima oleh kerongkongannya yang sangat kehausan hingga terdengar bunyi GLUKH .. GLUKH .. GLUKH .. GLUKH… #so disgusting! yuck… Sebotol minuman yang volumenya lebih dari seperempat liter habis dalam sekali tenggak dengan penuh lagak! Tadinya saya kira hanya Wiro Sableng yang melakukannya di dalam novel silat karya Bastian Tito. Tapi biasanya kendi tuak atau gentong arak yang jadi sarananya.

Memang hampir semua burung minum dengan cara membenamkan paruhnya ke dalam air lalu mendongakkan kepalanya ke belakang untuk memperalat gravitasi agar menarik cairan masuk ke kerongkongan. Lidah mereka tidak didesain untuk mampu mengisap air secara kontinyu. Emprit, prenjak, ciblek, cucakrawa, dan teman-temannya memiliki perilaku minum seperti itu. Namun ada pengecualian. Burung merpati yang cantik nan anggun mampu minum secara kontinyu dengan terus membenamkan paruhnya ke dalam air. Tak perlu ia mendongak dan menenggak minumannya.

So what? Pesan apa yang dibawa Fitrop dalam iklan minuman yang dibintanginya itu? Sebagai manusia berbudaya, lebih-lebih wanita, tingkah minum semacam itu tampak berlebihan dan tidak sopan. Apalagi bunyi "menjijikkan" yang berasal dari kerongkongan yang sengaja diperdengarkan itu. Kesan apa yang hendak ditanamkan melalui organ visual dan pendengaran penontonnya? Bukankah masyarakat Indonesia masih menjunjung adat ketimuran?

Manusia lebih mulia daripada burung. Fitrop manusia, bukan burung. Mengapa diskenariokan minum bagai burung yang jelas-jelas tak berakal tak berbudaya? Apakah jika minum produk itu jadi lupa harkat martabatnya sebagai manusia? Segitunya-kah?

Selain fungsi komersial, sebuah iklan audiovisual mestinya juga memiliki fungsi sosial. Tetapi, agak susah memang mendefinisikan fungsi sosial sebuah iklan di masa sekarang, sebagai media pembelajaran ataukah media pembobrokan. Kalau media pembelajaran tentu perlu banyak segi yang harus diperhatikan.

Kritik ini bukan ditujukan pada Fitri Tropica seorang selaku bintang iklan minuman. Kritik ini ditujukan pada para pembuat iklan yang mengabaikan aspek kesantunan tayangan. Para bintang iklan sekadar mengikuti skenario yang diperintahkan. Hanya saja sedikit disayangkan, mengapa mereka terkesan alpa untuk sedikit saja memberi pertimbangan. Mungkin itu memang di luar job description para bintang iklan. Wajar jika mereka mengabaikan dan sekadar melakukan. Lalu siapa yang bisa disalahkan saat tayangan iklan mengabaikan aspek kesantunan? Mungkin para penontonnya. Penonton yang harus selektif memilih iklan.

Andai saja televisi bisa dipasangi plugin adblocker…. it must be good! Dan sebagai gantinya, saat jeda tayang dimunculkan tayangan CCTV pantai atau kolam renang secara live&candid, pasti bagus dan eksotis sekali. Pemandangan airnya, maksud saya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun