Anak-anak kecil zaman sekarang banyak yang hafal lagu-lagu dewasa. Di mana-mana mudah dijumpai anak-anak kecil yang bernyanyi tentang cinta, perselingkuhan, atau hal-hal lain yang mestinya belum mereka pahami. Pernah saya menemui kerumunan anak kelas 1 SD yang tengah bermain lalu tiba-tiba seorang anak perempuan mungil mengangkat tangannya, mengacungkan telunjuknya ke langit dan mulai bernyanyi keras:
pokoke joget..pokoke joget...
Lucu memang. Apalagi si anak itu bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan badannya diikuti teman-temannya. Tapi itu bukan lagu anak-anak karena memuat umpatan. Mereka mestinya menyanyikan lagu yang sesuai dengan usia mereka. Tapi lagu apa? Lagu anak-anak abadi semacam Bintang Kecil, Bintang Kejora, Pelangi, dan Naik Beca hampir tak pernah mereka nyanyikan. Atau jangan-jangan malah belum pernah mereka dengar. Atau kalaupun mereka pernah menyanyikannya di jenjang playgroup atau PAUD atau TK, hanya sedikit yang mereka ingat. Lepas dari TK, mereka nyaris tak pernah lagi mendengar lagu-lagu yang sesuai untuk usia mereka. Hampir tak pernah terdengar kabar dirilisnya album lagu anak-anak yang baru. Mungkin pangsa pasarnya dianggap kurang 'menjanjikan' sehingga hampir tak ada lagi produser yang tertarik memproduksinya.
Di awal dekade 90-an pernah terjadi booming lagu anak-anak. Itu waktu masa kecil Joshua, masa imut Dhea Ananda, Erin dan Karlina, Pandu Papra, Bayu Bersaudara, Sona Orama, Abiem Ngesti (almarhum) dan Bondan Prakoso. Di masa itu beberapa penyanyi remaja justru masih menyanyikan lagu bertema anak-anak dan cita-citanya. Salah satu contohnya dapat dilihat pada sebagian lirik lagu Pangeran Dangdut yang pernah dibawakan oleh Abiem Ngesti berikut ini:
..
akulah pangeran dangdut yang akan mengguncang duniaaaa
lewat lagu yang kunyanyikan..
lewat musik yang kumainkannnn...
..
Lagu Pangeran Dangdut itu diciptakan oleh ayah Abiem Ngesti, yaitu Wiwien Ngesti.
Contoh lain adalah lirik lagu 'Semua Saudara Kita' ciptaan Asmin Cayder/Puspita yang dibawakan oleh Sona Orama berikut
dalam pergaulan sehari-hari..
memilih teman jangan pandang bulu..
kaya dan miskin..
semua sama..
yang penting dia baik hatinya..
.....
Jauh berbeda dengan sekarang di mana penyanyi remaja seakan wajib menyanyikan lagu bertema cinta yang sebagian di antaranya tidak logis. Â Â Contohnya yang memuat syair : o bidadari jatuh dari surga di hadapanku.. ea.. Kalimat itu sepertinya digunakan untuk mengungkapkan kekaguman seorang cowok pada cewek cantik di hadapannya. Namun, seorang stand up comedian pernah mengulasnya dan mengatakan bahwa bidadari yang jatuh dari surga itu pasti bidadari nakal/berdosa. Mungkin lebih tepatnya didepak dari surga, ditendang malaikat, mengapa dikagumi? Ah, lupakan dulu yang itu, ya. Sekadar bercanda. Mohon maaf pada penyanyi dan pencipta lagunya.
Saya juga pernah menjadi anak-anak, loh. Dan di masa kecil saya itu, masih banyak lagu anak-anak yang dapat dinikmati melalui kaset maupun siaran radio. Lagu anak-anak yang berbobot dan memuat pengetahuan dan nilai-nilai positif kepribadian. O iya, kalau diukur dari booming lagu anak-anak di masa kecil Joshua itu, masa kecil saya sekitar 5 - 7 tahun sebelumnya. Masa di mana keseharian kami, anak-anak di masa itu, masih sering diwarnai lantunan suara merdu Julius Sitanggang, Hana Pertiwi, dan Novia Kolopaking, baik yang dilantunkan melalui tape recorder maupun siaran radio, baik yang disetel sendiri maupun rumah tetangga.
Ada banyak album Julius Sitanggang kecil, beberapa yang saya ingat adalah Tabahlah Mama, Balada Si Tua, Balada Anak Nelayan, dan Dia&Dia. Saya hanya pernah punya dua, sisanya pinjam (kaset) teman. Hana Pertiwi kecil juga punya album rekaman, yang saya ingat adalah album Susu Susu. Kalau suara Novia Kolopaking kecil lebih sering saya dengarkan di kaset-kaset Sanggar Cerita yang memang berisi cerita dan lagu. Lagu-lagu yang dibawakan Novia Kolopaking dalam kaset Sanggar Cerita berjudul Putri Matahari adalah favorit saya.
Sekarang akan saya ulas sedikit tema-tema lagunya. Dari segi tema, lagu anak-anak di masa kecil saya sangat kaya. Lagu Tabahlah Mama, misalnya, menceritakan seorang anak yatim yang berusaha memberi dukungan semangat pada mamanya. Sebagian liriknya adalah "..walaupun papa tiada di sisi kita... tak perlu bersedih.. tak perlu duka.." Lagu Balada Si Tua menceritakan kehidupan seorang tua yang terlunta-lunta di Jakarta untuk mencari anaknya (di masa itu memang belum ada ponsel).
Lagu Balada Anak Nelayan menceritakan kehidupan dan keceriaan anak-anak nelayan. Lirik lagu ciptaan Louise Komala ini cukup indah, bahkan sangat indah. Berikut ini kutipan liriknya.
Di ruang kecil yang berdinding bambu..
Ku duduk sendiri bertemankan sepi..
Seharian kini telah kulewati..
Dengan bubu dan kail di tanganku
Kupandang ombak bergulung di pantai..
Dan tiang sampan yang timbul tenggelam..
Burung-burung camar yang tak bosan beterbangan..
Menemani anak nelayan..
Reff:
Anak-anak nelayan
Sambil menjinjing keranjang..
Menyambut kedatangan saudaranya..
Dengan wajah yang ceria..
Mentari kini t'lah hampir tenggelam..
Ombak di laut pun tetap bergelombang..
Kudengar nyanyian anak nelayan..
Mereka yang selalu bergembira..
Indah bukan?
Ada lagi lagu Julius Sitanggang lainnya yang berjudul Danau Toba ciptaan Dakka Hutagalung. Berikut ini sebagian liriknya.
Di negeriku, Indonesia
Ada satu damai yang permaaai
Yang *terluas di dunia,
Kebanggaan seluruh bangsaaa
Reff
Oh danau toba, danau toba
Danau indah dan permai
Oh danau toba, danau toba
Tiada banding di dunia
Di tengahnya ada pulau
Pulau subur, pulau samosir
Aku bangga ku bahagia
Karena kulahir di sanaaaa
...
*Catatan: Sebenarnya danau Toba bukan terluas di dunia, tetapi di Asia Tenggara.-
Masih banyak lagu Julius Sitanggang lainnya yang tak kalah indah syairnya, tak kalah indah melodinya. Ada lagu Gembala, Pulau Bali, Pedati Desa, dan Alam Pagi.
Jika tak ada lagu-lagu anak-anak yang baru yang berkualitas, daur ulang lagu-lagu dari masa lalu bisa menjadi alternatif. Untuk masa sekarang, daur ulang lagu-lagu tersebut tentu bukan berarti harus merekam ulang atau memproduksinya, melainkan mempopulerkannya lagi melalui radio dan televisi. Dengan demikian, anak-anak Indonesia dapat menikmati lagi lagu-lagu yang sesuai dengan usia mereka, lagu-lagu yang benar-benar membangun karakter positif mereka, lagu-lagu yang memperluas pengetahuan mereka, dan lagu-lagu yang menceriakan masa-masa bermain mereka.
Ingin rasanya saya sering-sering mendengar anak-anak sekarang melantunkan lagu Borobudur, Pecinta Alam, Anugerah, Bunga Nusa Indah, Danau Toba, Pulau Bali, dll. lagu-lagu abadi yang bukan berupa ratapan, rengekan, atau cerminan kejengkelan hati. Semoga pihak-pihak yang berkompeten merespon hal tersebut. Ada bagusnya juga lagu-lagu anak-anak berkualitas dari masa lalu diputar/diperdengarkan atau bahkan diajarkan di sekolah-sekolah (TK-SD). Itu kalau 'Menteri Edukasi' berkenan. Yang penting, kebutuhan anak-anak akan lagu-lagu berkualitas yang sesuai dengan perkembangan usia mereka harus segera dipenuhi. Salam Kompasiana.
-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H