Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Harimau Evolusi dari Serigala?

7 September 2014   05:48 Diperbarui: 13 September 2015   18:56 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sempat terlonjak asa tuk nikmati tontonan menghibur nan berkualitas saat menonton kabar akan ditayangkannya sinetron berjudul Manusia Harimau di MNCTV. Meski stasiun tv ini berhubungan erat dengan Hary Tanusudibyo yang nota bene merupakan pendukung Prabowo sebagai capres macan Asia, saya yakin sinetron ini tidak terlalu berkaitan dengannya.

Manusia Harimau! Ya. Saya banyak menaruh harapan pada sinetron ini. Dalam bayangan saya, ceritanya akan mengangkat legenda mistis pulau Suwarna atau lebih tepatnya tanah Tapanuli. Tentu saja karena saya sangat menyukai novel-novel karya S.B. Chandra tentang manusia harimau di Tapanuli Selatan. Meski ceritanya tentang hal mistis, alur ceritanya tidak pernah 'melecehkan logika'. Mistis, romantis, sinis, sadis, dan kritis berpadu tanpa merendahkan pikiran logis. Bumbu pengetahuan tentang kearifan serta budaya Tapanuli Selatan dan tanah Minang ikut membangun keutuhan cerita yang disusun atas dasar riset nyata oleh penulisnya.

Cerita Manusia Harimau karya S.B. Chandra berawal dari kegalauan Erwin, seorang pemuda Tapanuli yang terpaksa menerima warisan harimau piaraan dari almarhum Dja Lubuk, ayahnya tercinta. Warisan yang menyebabkan dirinya kadang berubah menjadi manusia setengah harimau atau harimau setengah manusia. Hal itu membuat Erwin tersiksa dan malu sehingga cenderung menyembunyikan jati dirinya.

Rasa malu dan penolakannya atas warisan tersebut disebabkan anggapan masyarakat bahwa makhluk seperti dirinya itu makhluk kutukan. Manusia setengah harimau jelas bukan manusia, harimau setengah manusia juga bukan harimau. Lantas termasuk jenis makhluk apa dirinya? Di tengah perasaan putus asa dan kebingungan yang luar biasa itu muncullah kembali sang ayah. Ya, oleh ketinggian ilmu anugrah dari Yang Maha Kuasa, Dja Lubuk bangkit kembali karena kecintaannya pada Erwin, anak semata wayangnya......... Pokoknya ceritanya asyik, sarat pengetahuan dan ajaran kebijaksanaan.

Sayangnya, ternyata jauh panggang dari api. Harapan saya pada sinetron di MNCTV itu terempas begitu saja. Manusia Harimau MNCTV jelas bukan manusia harimau ala S.B. Chandra. Tapi bukan itu saja. Alur cerita dan aksi para pemainnya ternyata sama saja dengan sinetron-sinetron lainnya, penuh ketidaklogisan. Tokoh yang sekian detik lalu terlihat marah, tiba-tiba terlihat cool, atau bahkan tertawa (saya jadi ingat istilah bipolar).

Ada lagi adegan (aneh) seorang siswi (kebetulan ditaksir ama si manusia harimau protagonis) dikunci di toilet oleh siswi lain yang merupakan tokoh antagonis (lah, darimana dia bisa pegang kunci toilet? Emangnya penjaga sekolah?). Saat itu si manusia harimau dilapori kalau cewek yang ditaksirnya terkunci di toilet (kenapa nggak lapor ke penjaga sekolah minta kunci? Bukan malah mendobrak pintu toilet).

Belum lagi ulah si manusia harimaunya, sama sekali tak terlihat ada beban mental dengan keadaan seperti itu. Dan ternyata manusia harimaunya tak cuma satu. Entah dari mana atau dengan cara apa hingga banyak manusia harimau di satu sekolah. Atau jangan-jangan sekolah itu memang khusus manusia harimau (?). Ya, semacam Howghart-nya Harry Potter lah. Sepertinya bukan.

Yang lucu lagi, manusia harimau itu diceritakan akan berubah menjadi harimau saat bulan purnama. Lah, ini kan contekan abis dari werewolf alias manusia serigala? Cuma bedanya, kalau manusia serigala bunyinya AUUUUU... kalau manusia harimau bunyinya AUUUUM. Selisih 'M' doang. Ya, mungkin menurut penulis ceritanya, harimau merupakan hasil evolusi dari serigala... dari Hongkong.

Ah sudahlah.... sinetron itu kan kelanjutan dari seni teater, isinya sandiwara pura-pura. Pemain sinetron itu umumnya belajar dari teater tentang cara menjelaskan emosi dengan mimik muka dan gestur sejelas mungkin pada para penonton. Ekspresi marah ya melotot sambil mendengus dan gigit bibir; ekspresi suka ya mupeng; ekspresi bingung ya garuk-garuk kepala sambil mondar-mandir; ekspresi kesal ya menghentakkan kaki; dll.

Beda dengan film yang merupakan gambaran kehidupan nyata/sesungguhnya. Pemainnya belajar di sekolah akting; marah tak harus melotot, suka tak harus mupeng, bingung tak harus garuk-garuk kepala, dll. Lho kok malah membahas itu? Biar saja. Gemes saja dulu ingat Om Didi Petet  pernah ditanya tentang beda sinetron dan film. Saya ingin beliau menjawab seperti yang saya tulis tadi.

Hemmm.. pokoknya, sinetron itu isinya pura-pura, boong-boongan. Jadi, cara menontonnya tidak perlu serius. Dimaklumi saja kalau alur ceritanya tidak logis. Sinetron religi sekalipun. Ah.. tapi Sinetron Manusia Harimau itu... hrghhh.. saya masih kecewa kayaknya.. :-)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun