Saat ini MEA sudah diterapkan di negara-negara Asia Tenggara, MEA mulai diterapkan sejak 31 Des 2015 lalu, artinya sudah hampir satu bulan MEA ini diterapkan, pertanyaannya adalah apa langkah yang sudah kita ambil dalam mengarungi zaman MEA ini sudah baik dan benar?, tentu hal tersebut belum bisa kita jawab secara tepat, pasalnya MEA baru berjalan beberapa minggu, namun itu tentunya bukan menjadi alasan bagi kita untuk tidak berbuat apa-apa. Waktu terus berjalan, tanpa terasa. Meminjam kata-kata tokoh terkenal “jika bukan sekarang, kapan lagi”, jangan sampe penerapan MEA hanya akan menyengsarakan rakyat kita.
Apa itu MEA?, mungkin pertanyaan itu sudah tidak relevan lagi untuk dijawab, pasalnya saat ini era MEA sudah dimulai, sebelumnya banyak pihak mempertanyakan kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA ini, namun pemerintah sendiri mengatakan bahwa siap ataupun tidak siap, MEA pasti akan datang dan harus kita hadapi. Kata-kata tersebut memang ada benarnya namun sekali lagi, jika kita menghadapi MEA tanpa strategi apa-apa akibatnya kita akan menjadi korban pemberlakuan MEA suatu saat nanti.
Lantas apa yang perlu kita lakukan sebagai generasi muda, kita tahu bangsa ini memiliki penduduk yang paling banyak diantara bangsa-bangsa asean lainnya. itu artinya SDM kita melimpah ruah, dan menjadi nilai lebih diantara bangsa-bangsa asean lainnya, jika SDM ini tidak diberdayakan, ujung-ujungnya tentu akan menjadi boomerang buat bangsa ini, selain itu bangsa ini menjadi bangsa yang menggunakan internet terbanyak dibanding bangsa-bangsa lain di ASEAN.
Berdasarkan riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang bekerja sama dengan PusKakom Universitas Indonesia, pengguna Internet di Indonesia tercatat sebanyak 88,1 juta, tumbuh 16,2 juta dari sebelumnya 71,9 juta atau dengan kata lain memiliki penetrasi 34,9%. Untuk itu diperlukan sosok yang menjadi pelopor terutama buat anak-anak muda untuk dididik dengan ketrampilan tertentu dalam mengarungi MEA. Salah satu cara mendidik anak-anak muda adalah dengan memanfaatkan media sosial untuk kepentingan MEA.
Menurut Kane dan Fichman dalam Journal of Computer-Mediated Communication menyatakan media sosial telah mengubah proses penyampaian informasi yang sebelumnya terpusat menjadi terdesentralisasi. Sedangkan Kane menyampaikan bahwa seorang individu gara-gara ada media sosial dapat mengirimkan informasi kapanpun dia mau baik lewat gaya formal maupun nonformal. Artinya tidak ada lagi batas-batas bahwa kebijakan informasi harus dikendalikan oleh pusat.
Warga Indonesia khususnya Anak muda Indonesia dikenal sangat update dengan media sosial, banyaknya saja pengguna media sosial di negeri ini setiap tahun selalu meningkat tajam. Tentu pengguna terbanyak adalah anak-anak muda. Anak-anak muda kita mengupdate status hampir tiap menit, baik itu di facebook, twitter, instagram, path maupun yang lainnya, kebiasaan anak-anak muda yang membagi info-info pribadi ini jika kita arahkan untuk membagi informasi tentang MEA tentu dampaknya akan sangat luar biasa.
Pentingnya kerja sama
Ketika era MEA sudah berlaku, pemerintah dan semua masyarakat Indonesia dari sabang sampe merauke, harus optimis dalam mengarungi perekonomian bebas ini. Namun, posisi masyarakat masing- masing dalam daya saing sudah terkondisikan, walaupun hanya Singapura yang paling kuat daya saingnya. Namun Indonesia tidak perlu pesimis, pasalnya kita mempunyai asset yang besar yakni sumber daya manusia yang melimpah dan kekuatan media sosial kita yang mumpuni.
Di lain pihak peranan pemerintah akan makin kuat untuk memberdayakan perusahaan-perusahaan dan kluster industri untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi lingkungan pasar bebas.Dengan demikian, yang terjadi adalah dualisme, kerja sama di tingkat pemerintah dan persaingan pada tingkat swasta.
Peningkatan mutu SDM khususnya anak-anak muda melalui media sosial merupakan salah satu langkah kongkritnya. Misalnya memperkuat peran ekonomi kreatif melalui media sosial, hal ini bisa dilakukan melalui kerja sama antarperguruan tinggi sebagai aspek faktor produksi yang mempengaruhi daya saing MEA. Pengembangan industri keuangan yang bisa menciptakan inklusi finansial guna mendukung inovasi melalui media sosial.
Persaingan di era MEA ini tentunya sangat keras, karena persaingannya bukan hanya terjadi didalam negeri masing-masing anggota MEA tapi persaingan dengan negara-negara asean itu sendiri, sebagai bangsa yang besar tentunya kita akan menghadapi persaingan didalam negeri juga, untuk itu dengan memperkuat kerjama dengan semua golongan didalam negeri akan berdampak kuat pada kekuatan negeri kita, salah satu alatnya adalah dengan media sosial.
Sebagai kesimpulan, MEA ini menjadi ajang bagi bangsa kita menunjukan taring sebagai bangsa yang maju dibanding bangsa-bangsa di asean lainnya, pasalnya kita mempunyai sumber daya manusia yang melimpah dan kekuatan media sosial kita yang mumpuni, dengan begitu kerja sama MEA yang dipelopori oleh pemerintahakan memungkinkan peningkatan daya saing regional dalam perluasan pasar. Pasar domestik MEA akan bisa lebih kuat jika daya beli MEA juga meningkat, seiring dengan menguatnya daya saing perusahaan-perusahaan yang cenderung bersaing, terutama dengan inovasi yang berbasis teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H