Mohon tunggu...
Anggiani Wisda
Anggiani Wisda Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya membagikan apa yang saya baca, saya tonton, dan saya lihat, yang menginspirasi saya, sehingga dapat dibaca dan menginspirasi kembali. Sebab hal baik, tentu saja harus diteruskan secara estafet. 😉

Everything You Can Imagine Is REAL!

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik 90s Check! Pamer Bojo, Warisan Legit untuk Milenials

9 Januari 2021   23:43 Diperbarui: 10 Januari 2021   00:12 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sugeng tindak Bapak Patah Hati Dunia, Didi Kempot, terimakasih telah mengajak kami menikmati cendol dawet lima ratusan yang enggak pakai ketan. Rasanya legit.

Kami tahu kalau perpisahan adalah sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa dihindari, tapi sungguh kami tidak pernah menyangka bahwa kehilangan bisa semenyakitkan ini. Pamer Bojo, musik 90s milikmu yang tidak asing di telinga karena sering di dendangkan oleh orang tua kami sehari-hari, setiap mendengarnya kami seperti memutar memori si mbok yang sedang menanak nasi, meniup-niup api kayu bakar di tungku yang hampir padam, bahkan lagu-lagu lain milikmu yang jumlahnya sudah tak cukup dihitung menggunakan seluruh jari-jari kaki dan tangan.

Selain lagu, karakter dan pembawaan penyanyinya yang ikut menjadi sejarah panjang lagu ini. Didi Kempot, sosok laki-laki dengan rambut panjang kriwil ini mendapatkan julukan bapak patah hati sedunia karena lagu-lagunya yang hampir semua melow dan berisi lirik serta irama patah hati yang mampu mendunia. Mungkin karena memang ditulis dengan tulus atau memang sangat dekat dengan cerita hidup penyanyinya...

Berkarya di industri musik, di republik ini khususnya, bukanlah hal yang mudah, seringkali selera pasar menyimpang jauh dari musik yang ingin disampaikan oleh penyanyinya sehingga kurang mendapat tempat dan perhatian, namun berbeda dengan lagu-lagu Didi Kempot, lagu miliknya tetap asik walaupun aransement musiknya mau diubah menjadi genre apapun, mulai dari campursari, pop, dangdut, atau bahkan jazz sekalipun.

Pernah nggak sih kalian nonton konser musik, musik dengan lirik bahasa jawa pula, yang penontonnya ambyar dan tiket habis terjual tanpa sisa, seluruh ruang penuh dan penonton yang datang benar-benar lintas generasi.

Setahu saya baru Didi Kempot yang mampu menciptakan sejarah ini. Tinta hitam sudah berirama menuliskan kisah hidupnya dan segala petualangan cintanya pada seriap lirik lagu yang kini telah menjadi warisan berharga milik republik ini.

Berbicara warisan, mungkin musik 90s yang lain tidak kalah spesial untuk beberapa kalangan, tidak hanya Pamer Bojo dan beberapa single lain milik bapak patah hati dunia ini saja. Tapi cerita inspiratif dibalik sosoknya inilah yang membuat Didi Kempot mampu memberikan warisan berharga meskipun dengan cara 'pamer bojo'. Didi Kempot berjuang di industri musik sudah sangat lama, menciptakan lagu-lagu tanpa bosan dan lelah, bercerita panjang lebar tentang patah hatinya yang seolah-olah tidak mendapat tempat di industri. Pelajaran berharganya adalah bahwa hal indah butuh waktu datang. 

Bertahun-tahun kemudian setelah beratus-ratus lagu tercipta dari tangannya, Didi Kempot baru merasakan di atas awan dan dipuja-puja oleh masyarakat di republik ini beberapa tahun belakangan. Hasil memang tidak akan pernah menghianati proses, orang tua kami juga memang tidak kenal lelah mendendangkan lagu-lagu milik bapak patah hati ini setiap kali ada kesempatan berdendang. Di puncak karir dan sekaligus ujung usianya, bapak hati ini berhasil membuat kami generasi milenials benar-benar patah hati. Ia pergi meninggalkan warisan yang begitu besar untuk menyumbang dikala republik ini butuh bantuan dana yang tidak sedikit akibat kemunculan Covid-19.

Matur nuwun pakde Didi Kempot, engkau telah mengajarkan kami generasi milenial untuk tidak berputus asa dalam mencapai apa yang kami impikan, sekalipun dunia berpaling dan enggan memberi kesempatan, sekalipun harus menunggu 'waktu yang tepat' kata orang, walau butuh waktu cukup lama. Warisan yang engkau berikan benar-benar selegit cendol dawet (Titik dua bintang).Ang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun