Berbekal inilah ia terus ingin membantu Soe-Ro-Yi membangun bisnisnya. Ia yakin bahwa Soe-Ro-Yi akan mendapatkan apa yang ia impikan, apa yang jadi keinginan paling besar dalam hidupnya yaitu membangun kerajaan bisnisnya hingga besar dan menjatuhkan pebisnis kompetitor yang sudah lama ia menaruh dendam pada pemiliknya karena membunuh ayah kandungnya.
Awalnya alurnya peran Soo-A dan Yi-Soe seperti itu. Tapi tanpa disangka-sangka endingnya adalah dua wanita ini sama-sama ingin membantu Soe-Ro-Yi namun dengan cara yang berbeda. Rasa cinta kepada laki-laki tidak membuat kedua wanita ini lalu bucin dan melupakan karirnya sendiri. Drama pecintaan di dalamnya seperti balance dengan tetap rasional dan menjadi wanita yang tidak menjatuhkan martabatnya sebagai wanita yang sedang dimabuk cinta.
So-A membantu Soe-Ro-Yi dengan bekerja pada Jangga Group dan pelan tapi pasti mempelajari segala kinerja perusahaan tempatnya bekerja dan jadi orang kepercayaan. Namun pada akhirnya Soo-A mengungkapkan pada publik segala kebusukan Jangga dan membantu Soe-Ro-Yi menjatuhkan Jangga Group dengan caranya sendiri. Benar-benar drama Itaewon Class ini mempertontonkan wanita dari sudut pandang yang sama kuatnya dengan posisi tokoh laki-laki. Bukan hanya pendamping atau peran utama dengan job desk yang ecek-ecek dan sepele.
Bukan hanya itu, dalam menjalani kehidupan, dua wanita ini juga mendapatkan problem financial sendiri-sendiri dan ditunjukkan seperti apa mereka bertahan dan menghidupi dirinya sendiri ketika sedang dalam fase menemani orang yang mereka cintai. Bagaimana usaha yang mereka lakukan, apa yang mereka kerjakan, dan Setiap pilihan-pilihan yang dibuat oleh keduanya bahkan jauh dari mayoritas wanita di republik ini, yang dalam drama ataupun nyata ketika ditanya mau makan dimana saja lebih suka menjawab terserah.
Itaewon Class bersama Soo-A dan Yi-Seo memberikan kita wanita di republik ini oleh-oleh manis bahwa hidup ini bukan hanya tentang menikah lalu menghasilkan keturunan, membesarkan dan mendampingi saja lelaki pilihanmu dengan mengalah dan melupakan mimpi-mimpimu sendiri. Bahwa hidup ini bukan menghadapkanmu pada pilihan, namun bagaimana semua hal menjadi berjalan berdampingan. Bahwa cinta tidak mengharuskanmu mengalah dan mengabdi saja, tapi kamu sebagai wanita juga bisa terus menggapai mimpimu sendiri, berdiri di atas kakimu sendiri dan berjalan berdampingan dengan lelaki pilihanmu. Jangan jadi benalu yang merongrong. Itu menyeramkan. (Titikduabintang).Ang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H