Mohon tunggu...
giwang dinar
giwang dinar Mohon Tunggu... Lainnya - halo!

semoga apa yang saya tulis dapat mendeskripsikan siapa saya dan apa yang saya rasakan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

The Wisp Signs

26 April 2023   18:42 Diperbarui: 26 April 2023   18:48 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Terhitung dua bulan lamanya aku pergi menikmati hitam putih kehidupan yang ditakdirkan untuk ku. Memutuskan berhenti menuliskan perasaanku, mencoba merasakan dan mengerti tentang apa yang aku rasakan tanpa perlu menggambarkan dan menafsirkan. Namun hari ini, aku gagal?. Rasa lega yang datang setelah menyusun kata perkata membuat ku kembali melakukan kebiasaan lama yang tidak buruk juga, seberapa banyak aku menemukan tempat pulang, menulis adalah tempat paling nyaman bagiku. 

Topik utama dalam tulisan perdana ku setelah dua bulan lamanya, bukanlah tentang cerpen, ataupun puisi, namun musik.                 

Musik adalah pemanis hari yang selalu jitu bagiku, entah itu untuk menambah keceriaan ataupun memperburuk hari. Satu diantara ratusan lagu yang urut terdaftar pada kolom favorit ku adalah, The Wisp Sings diliris pada tahun 2017, oleh Winter Aid dalam album, The Murmur of the Land. 

Malam - malam yang penuh dengan kesedihan dan rasa takut, semakin lama semakin menekan ku, menekan agar terus berani tanpa boleh menangis meratapi kesedihan, meneguhkan diri dengan menyetak diriku sendiri untuk terus berdiri kokoh. 

Namun usaha keras yang beberapa kali ku lakukan di penghujung tidur gugur hanya dengan diputarnya lagu ini keras mengisi kedua telingaku. Tetesan pertama keluar dan disusul dengan ribuan tetesan lain yang sulit berhenti. Apakah aku secengeng ini, menghabiskan setengah waktu istirahat ku untuk menangis menghabiskan seluruh tenaga ku untuk kemudia terlelap tidur dan bagun dengan mata sembab.

Entah butuh berapa paragraf untuk menggambarkan perasaan lega dan terimakasih ku untuk lagu ini. Aku tidak akan pernah lupa mengenai sejarah ku dengan lagu ini, terimakasih berkatmu aku belajar ikhlas memeluk kesedihan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun