Sehabis mendengarkan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi II DPR RI dengan Kemendagri, KPU RI, Bawaslu RI dan DKPP RI, Rabu (27/5) sore, hanya satu yang terlintas dalam pikiran  saya, Pilkada harus menyehatkan semuanya.  Lho ..kok! ya Pilkada akhirnya tetap dilaksanakan 9 Desember 2020. Berarti  masih dalam kondisi pandemi  Covid-19.  Jadi penyelenggara dan masyarakat  harus sehat semuanya.  Ya seger waras rahayu wilujeng...., kalau tidak tentu jalannya Pilkada tidak akan berjalan dengan sukses dan baik, tidak berintegritas.
Tulisan saya sebelum menarasikan kalau Pilkada Desember Masih Gamang, maka kini kegamangan itu menjadi hilang. Mau tidak mau seisi semesta harus siap dan menyambut Pilkada 9 Desember 2020 dengan kondisi New Normal.
Semangat mengelar Pilkada 9 Desember 2020 yang mengemuka adalah optimisme. Optimisme pandemi Covid-19 segera berlalu dan optimisme menyiapkan tahapan demi tahapan Pilkada sesuai dengan protokol kesehatan yang telah di tentukan. Â Petugas KPU dan jajarannya menggunakan APD saat bertugas, lokasi TPS juga akan ada tempat cuci tangan, hingga mungkin alat coblos yang satu pemilih satu. Kok bisa...?, alat coblos paku yang bisanya dipakai itu kan rentan menularkan virus karena dipegang untuk banyak pemilih. Belum lagi tinta atau yang lain, ....itulah yang nantinya menjadi pemandangan tak lazim saat hari pemungutan suara 9 Desember nanti. Begitu juga bagi jajaran Bawaslu, APD akan menjadi kebutuhan yang mendesak sama halnya dengan jajaran KPU.
Dalam salah satu cerita pewayangan, Babat Alas Wanamarta dikisahkan Pandawa akan membangun negara baru di alas wanamarta. Yang banyak dihuni oleh hewan liar, Bima yang perkasa berkelahi dengan hewan liar itu. Â Melihat apa yang dilakukan Bima, Yudhistira meminta agar menghentikannya. Â Dalam dialog Bima dan Yudhistira, Bima mengaku kalau berkelahi dengan hewan itu lantan hewan-hewan menganggu pekerjaannya dalam rangka membangun alas wanamarta.
Memang watak Yudhistira adalah ksatria berbudi luhur, lalu memerintahkan agar tidak menganggu hewan-hewan liar dan tidak membabi buta menebang pohon. Â Hutan wanamarta harus tetap ada dan menebang secukupnya saja.
Lalu Yudhistira membagi tugas kepada adik-adiknya. Setelah adik-adiknya pergi Yudhistira melakukan semedi, ditengah semedi hewan-hewan liar akan menyerangnya. Tetapi begitu mendekatinya berubah menjadi jinak dan mengikuti apa yang diinginkan oleh Yudhistira. Lalu mengiringnya agar pindah di hutan yang tidak dibabat oleh Pandawa.
Suatu energi yang positif dalam membangun Negara, keadilan dan keserasian yang tidak dapat dipisahkan. Output dari Pilkada idelanya menjadikan banyak Yudhistira di era milenial. Sekali lagi maka yang terpenting dari semuanya adalah sehat, waras. Mengingatkan kesadaran untuk selalu merawat kesabaran dan kepatuhan. Pilkada jangan dijadikan ajang untuk mengooptasi pikiran kuasa dan keserakahan dan ketidak jujuran untuk memupuk pundi tirani. Â
Homo Homoni lupus dari Thomas Hobbes , Manusia adalah serigala bagi sesamanya, rasa memusuhi dan mencurigai sesama manusia, saling menikam dan mempertahankan diri dengan cara apapun. Pilkada di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang seluruh masyarakat laku prihatin, kontestan lantas jangan semakin menari di atas penderitaan mereka. Â Sebab taruhan dan tanggung jawab yang besar bagi pemimpin dari hasil Pilkada ditengah Pandemi, jauh dari syahwat konspirasi dan kerakusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H