Mudahnya mengakses internet membuat orang-orang bisa menjadi jurnalis, entah hal ini baik atau sebaliknya. Dalam keadaan ini masyarakat turut andil menjadi pembuat berita melalui citizen journalism di laman dan platform yang tersedia.
Karena banyaknya masyarakat turut andil dalam pengambilan berita, banyak berita-berita yang tidak sesuai atau bisa disebut hoaks akhirnya merajalela. Disinila peran jurnalisme sebagai control sosial, dan sudah seharusnya jurnalis jujur dan memiliki integritas dalam menyebarkan informasi yang akan dikonsumsi masyrakat.
Dalam perjalananya, media baru sering dijadikan wadah untuk praktik bisnis yang memiliki orientasi pada pasar alih-alih mempertahankan idealismenya sebagai penyedia informasi yang mengedukasi. Karena ramainya persaingan dalam media online sebagai penyaji berita tercepat, seringkali ditemui di dalamnya berita yang asal-asalan. Bukan hanya dari segi kepenulisannya, namun bahkan sampai pada keaslian dan kredibilitas berita tersebut. Semua dilakukan demi mengejar rating semata.
Sebagai pembuat berita, seorang jurnalis sudah seharusnya memperhatikan kode etik untuk menjaga profesionalitasnya. Perlu ditanamkan rasa tanggung jawab kepada jurnalis dalam distribusi informasi. Tidak hanya jurnalis saja, di era sekarang ini semua orang perlu melakukan kerja sama dalam menangkal berita-berita hoaks, karena mudahnya mengakses informasi. Dengan meningkatkan nalar kritis masyarakat, dapat menciptakan citizen journalism yang beretika.
klik buat nonton video
Referensi : Effendy, O.U. (1995). Teori-Teori Komunikasi Remaja. Bandung: Rosdakarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H