Akhirnya, "pedang keramat" itu disarungkan oleh masing-masing pihak yang bertikai, baik di PSSI versi DA dan dan PSSI versi LNM dalam pertemuan JC kedua di Kuala Lumpur (Ketemu begini saja harus di negeri jiran, lawan bebuyutan Indonesia lagi). Semoga saja saat pedang itu dikeluarkan kembali disaat mendatang, benar-benar bisa digabung dan disatukan menjadi pedang kehebatan timnas sepakbola Indonesia.
Satu setengah tahun terakhir, prestasi timnas Indonesia memprihatinkan gara-gara kengototan masing masing-masing pihak yang bertikai untuk sama-sama menyelenggarakan LSS. Yang satu LSS singkatan dari "Liga Sunyi Senyap" tapi diakui AFC sebagai kepanjangan tangan FIFA di Asia, yang satu LSS singkatan dari "Liga Sorak Sorai" bertabur bintang dan banjir penonton dan tak peduli soal legalitas karena (mungkin?) sangat yakin FIFA lebih suka kompetisi yang berkualitas dan dibanjiri penonton. Baginya, soal legalitas hanya soal waktu, ini sepakbola modern bung...! Toh, kengototan itu menjadikan timnas lunglai meski ada beberapa oknum pengurus dari kedua belah pihak justru menjadi suka OMONG BESAR DOANG, tiap hari cuma sibuk pasang aksi dan berkilah, kecam sana-sini, ujung-ujungnya sama saja, tak bisa membawa timnas lebih baik.
Tapi sudahlah, setiap kesalahan selalu membawa hikmah. Semoga kali ini semua pihak sadar bahwa saat kita sibuk bertikai maka negara-negara lain justru menikmatinya, mengalahkan Indonesia menjadi sangat gampang bahkan dengan skor yang spektakuler.
Mungkin jalan penyatuan yang sebenarnya masih sangat panjang, kompleksitas kepentingan sangat rumit. Mulai dari bonafiditas klub, pendanaan, sponsorship, kontrak siaran tv yang terlanjur terkapling-kapling, promosi dan degradasi kompetisi, dll. Rumitnya persoalan ke depan tercermin juga dari bagaimana memahami hasil pertemuan JC kedua ini, terasa benar kedua pihak belum benar-benar sepakat sehingga komentar setelah pertemuan dari masing-masing pihak juga berbeda. Berbeda dalam pemilihan kata yang digunakan, bahkan ada beberapa yang sangat berbeda secara essensi. Ego masing-masing masih sangat kelihatan. Mari berdoa semoga semua bisa selesai. Ayo dukung penyatuan timnas, ayo dukung kembali kompetisi sepakbola nasional. Karena kedua jenis kompetisi dilegalkan FIFA, maka dukung keduanya juga. Soal hidup-matinya klub, biarlah hukum alam yang menyeleksi. Yakinlah yang besarnya hanya modal "karbitan" akan segera mati dengan sendirinya.
Sekali lagi, ayo dukung kompetisi, ayo dukung timnas, jangan biarkan sepakbola Indonesia menjadi mati kesepian.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H