Mohon tunggu...
Gian Sugianto
Gian Sugianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Profil Gian Sugianto

Kerja Keras Tidak Pernah Menghianati

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dari Penjara ke Panggung Kebenaran

12 Januari 2025   15:20 Diperbarui: 12 Januari 2025   15:26 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah rumah kecil yang sederhana di pinggiran Bekasi, seorang jurnalis duduk termenung di meja kerjanya. Matahari sudah terbenam, dan ruang tamu rumah yang tenang itu dipenuhi hanya oleh suara gesekan pena di atas kertas. Sudah enam bulan berlalu sejak dia keluar dari penjara, setelah tiga tahun hidup di balik jeruji besi. Tiga tahun yang panjang, penuh dengan kenangan pahit dan keheningan yang memekakkan telinga.

Kini, dia telah bebas menghirup udara luar. Namun, kebebasan itu terasa agak berbeda. Dunia yang dulu dikenalnya begitu akrab dunia media, dunia di mana setiap kata dan laporan bisa mengubah banyak hal, sekarang terasa begitu jauh. Tiga tahun tanpa suara kritis, tanpa artikel yang menyentuh ketidakadilan, tanpa pemberitaan yang dapat mengubah pandangan banyak orang.

Tapi tekadnya tetap tak goyah. Dia tahu bahwa dia tak bisa tinggal diam. Dunia ini membutuhkan suara seperti dirinya, suara yang tidak takut mengungkapkan apa yang tersembunyi di balik layar kekuasaan. Apa yang telah terjadi padanya, penangkapan, proses hukum yang tidak adil adalah bukti nyata betapa keadilan sering kali terabaikan. Dia tahu bahwa perjuangannya belum selesai. Bahkan, mungkin ini baru dimulai.

Akhir bulan November lalu, dia menikahi seorang wanita yang sederhana namun penuh keberanian. Seorang janda beranak tiga yang setiap harinya berjuang sebagai pedagang sayuran di pasar Bekasi. Mereka bertemu melalui media sosial, sebuah dunia yang jauh dari hiruk-pikuk politik dan kekuasaan. Wanita ini, meskipun hidupnya penuh tantangan, tidak pernah berhenti untuk berjuang demi anak-anaknya. Kehidupan mereka tidak mudah, tetapi ada satu hal yang menyatukan mereka, semangat untuk bertahan dan mencari kebenaran, meski kadang itu menyakitkan.

Sang istri selalu memberikan dukungan yang tak tergoyahkan. Dia tahu betul siapa suaminya dan apa yang telah dilalui. Ketika suaminya berbicara tentang kebebasan berbicara, tentang keadilan yang harus diperjuangkan, dia hanya diam, menyimak dengan penuh perhatian. Tidak ada ketakutan di matanya. Dia tahu, meskipun kehidupan mereka penuh dengan ketidakpastian, mereka akan selalu bersama, berjuang untuk keadilan dan untuk masa depan yang lebih baik.

"Jangan takut untuk bersuara," kata istrinya suatu malam, saat mereka duduk bersama setelah anak-anak tidur. "Apa yang kamu lakukan itu benar. Kita akan bersama-sama, kamu tidak sendirian."

Kata-kata itu menguatkan hatinya. Meskipun perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman dan tekanan, dia tidak ingin mundur. Dalam penjara, dia melihat betapa banyak orang yang tak bisa bersuara. Mereka yang terpinggirkan, yang dibungkam oleh kekuasaan. Itulah mengapa dia merasa panggilan untuk terus berbicara. Menulis bukan hanya soal dirinya. Itu adalah cara dia memberi suara kepada mereka yang terdiam, yang terabaikan.

Namun, perjalanan ini tak mudah. Setiap kali dia menulis artikel yang mengkritik kebijakan pemerintah, dia merasakan tekanan yang luar biasa. Tidak jarang kritikannya disambut dengan perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan beberapa kali dirinya diperlakukan dengan cara yang mengarah pada kriminalisasi. Ketidakadilan yang dia rasakan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk setiap orang yang memperjuangkan kebebasan berbicara.

Suatu pagi, setelah menyelesaikan sebuah artikel kritis yang menyentuh masalah ketimpangan sosial di daerahnya, dia kembali duduk bersama istrinya di meja makan. "Apa yang kita lakukan ini memang berat," katanya pelan, tatapannya kosong sejenak. "Tapi kita harus terus berjuang, demi masa depan anak-anak, demi tanah air kita."

Istrinya hanya tersenyum lembut, seolah tahu apa yang ada dalam pikiran suaminya. "Kamu sudah membuat pilihan, dan aku akan selalu ada di sini, mendukungmu. Kita akan melalui ini bersama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun