Mohon tunggu...
Gia Ghaliyah
Gia Ghaliyah Mohon Tunggu... Guru Fisika -

"Karena dengan menulis, saya meninggalkan banyak jejak sebagai saksi bahwa saya ikut andil memberikan solusi-solusi untuk bangsa ini."

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Angkutan Umum Harus Menjadi Primadona

25 September 2015   20:30 Diperbarui: 26 September 2015   11:08 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan selalu menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Kemacetan merupakan akibat langsung dari pembangunan infrastruktur transportasi darat yang telat. Infrastruktur transportasi darat yang telat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang tidak sanggup dikejar oleh pertumbuhan sarana jalan raya. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pertumbuhan jalan raya hanya seperempat dari kecepatan pertumbuhan kendaraan pribadi. Akibatnya, kemacetan menjadi semakin sulit terurai dan mobilitas masyarakat menjadi tersendat.

Tidak dipungkiri lagi, hampir seluruh kota besar di Indonesia mempunyai penyakit kemacetan, terutama kota Jakarta. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi didominasi oleh kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum. Hal ini terjadi karena masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi seperti mobil dan motor daripada naik angkutan umum. Padahal, jika 50% saja pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan umum, permasalahan kemacetan ini dapat dihindarkan. Secara teknis, peningkatan penggunaan angkutan umum dapat menjadi solusi kunci permasalahan kemacetan Jakarta. Namun, mengapa masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi? Apakah angkutan umum tidak lagi menjadi primadona?

Sampai saat ini, sudah ada banyak penyelesaian masalah kemacetan yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta, seperti pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT), pemberlakuan disinsentif terhadap kendaraan pribadi, seperti peningkatan pajak kendaraan dan harga BBM. Selain itu juga dilakukan penerapan insentif bagi kendaraan umum, seperti subsidi oleh pemerintah sehingga tarif kendaraan umum bisa menjadi lebih murah. Akan tetapi metode ini tidak sepenuhnya berhasil dilakukan.

Faktanya, angkutan umum yang layak saat ini hanya mengitari sepertiga dari luas Jakarta sekitar 247 km2 saja. Padahal, penumpang yang menggunakan angkutan umum mencapai 80 persen. Namun, angkutan umum tersebut tidak didukung dengan kualitas yang layak, sehingga banyak masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Pengguna angkutan umum menginginkan kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu.

Untuk mendorong perbaikan pelayanan dan moda transportasi angkutan umum agar dapat mengurangi kemacetan di Jakarta, beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya memiliki keamanan dan lingkungan yang nyaman. Buruknya fasilitas infrastruktur jalan yang ditandai oleh banyaknya jalan berlubang dan jalan yang tidak rata membuat mobilitas masyarakat terganggu. Perbaikan jalan rusak, penambahan ruas jalan baru, pembangunan infrastruktur penunjang, serta pengembangan teknologi transportasi umum adalah jawaban dari keruwetan lalu lintas di Jakarta.

Penggunaan angkutan umum sebagai alternatif perjalanan tentu saja harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas dan kualitas layanan untuk menarik minat masyarakat. Peningkatan kapasitas dan kualitas layanan angkutan umum sebaiknya ditunjang dengan edukasi yang baik untuk masyarakat. Masyarakat yang akan menggunakan fasilitas umum ini harus diberi pemahaman bahwa fasilitas ini adalah fasilitas bersama, milik bersama. Angkutan umum harus menjadi primadona masyarakat. Masyarakat juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk memperlancar program peningkatan kualitas dan kapasitas angkutan umum, seperti tidak merusak dan ikut memelihara fasilitas tersebut.

*Tulisan ini sudah dipublikasikan di Koran SINDO pada tanggal 13 Juli 2015

[caption caption="Bus Trans Jakarta "][/caption]

\

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun