Jurnalis Kompas.id yang juga merupakan jurnalis Harian Kompas harus mampu beradaptasi dengan adanya konsep ini.
"Ketika turun liputan ke lapangan, saya tidak hanya menulis, tetapi juga mengambil foto dan video tentang apa yang saya tulis," ujar Haryo.Â
Haryo juga bercerita bahwa ia juga kerap menyiapkan tulisan yang akan dikembangkan dalam bentuk grafis. 3M harus ada pada diri setiap jurnalis supaya tercipta berita yang mudah dan cepat diakses dari segala sisi oleh para pembaca.
Menurut Haryo, konsep 3M menuntut setiap bagian dari Harian Kompas, terutama jurnalis yang juga menulis untuk Kompas.id harus memiliki perubahan pola pikir, dari cetak ke digital. "Memang tidak mudah untuk beralih ke digital. Saya pun merupakan bagian dari orang yang menegosiasikan ke teman-teman tentang hal itu," ujarnya.
2. Mengoptimalkan Pemasukan dari Pelanggan
 Menurut Haryo, Kompas.id memilih mempertahankan jurnalisme Kompas dibandingkan terlalu bermain dengan bisnis. Artinya, pendapatan dari iklan tetap ada, tetapi Kompas.id tidak menggunakan clickbait untuk meraup keuntungan dari iklan.Â
"Ibaratnya sekarang subscribers Kompas.id itu membayar untuk membaca artikel," kata Haryo. Menurut Haryo, hal ini justru juga akan memperkuat Kompas.id untuk mempertahankan prinsip jurnalismenya karena pelanggan ingin membaca tulisan yang berkualitas.Â
Ketika ingin mendapatkan berita yang validitasnya masih dapat dipertanggungjawabkan, pembaca harus mampu membayar. Semua ini memang tidak mudah, tetapi mau tidak mau di tengah perkembangan teknologi, kita dituntut untuk saling bersinergi.Â
"Jika ingin jurnalis membuat tulisan yang berkualitas, pembaca harus mau mendukung dengan membayar biaya berlangganan," ujarnya.
Meski dengan harga langganan yang terbilang cukup murah, yakni Rp50.000,- per bulan, pelanggan sudah dapat mengakses seluruh tulisan di Kompas.id dengan kredibilitas tinggi karena prinsip jurnalisme tadi.