Multimedia Storytelling
Menurut Stevens (2014), Multimedia Storytelling merupakan kombinasi antara teks, video, audio, dan grafis interaktif yang disajikan dalam bentuk website dengan format nonlinear.
Non linear berarti kita sebagai pembaca tidak hanya disuguhkan tulisan panjang berbentuk artikel, tetapi pembaca juga dapat memilih sendiri elemen mana yang akan mereka akses. Elemen tersebut bersifat saling melengkapi sehingga tanpa satu elemen, multimedia storytelling terasa tidak lengkap.
Setiap bagian pada web berbasis jurnalisme dengan multimedia storytelling memiliki fungsi masing-masing. Ada bagian judul, subjudul, quotes, foto dan caption, infografis, polling bahkan hingga kuis interaktif yang membuat pembaca memperoleh informasi tersebut dengan berbagai pengemasan.
Tentu setiap pengemasan memiliki isi yang berbeda sehingga kita tidak akan larut dalam kebosanan ketika membuka berita tersebut. Video, foto, tulisan, dan infografis memiliki format penyajian yang beranekaragam.
Dua Tipe Dasar Multimedia Storytelling
Terdapat dua tipe mendasar dari multimedia storytelling (Stevens, 2014). Pertama, jurnalis mengumpulkan berita, baik berjenis feature maupu investigasi. Kemudian, jurnalis tersebut turun ke lapangan untuk melakukan perekaman video dan audio, mengambil foto, dan menambahkan unsur grafis dan teks.
Cerita yang disampaikan oleh jurnalis tersebut merupakan bagian-bagian terpisah yang dapat disatukan dalam satu packaging berita untuk multimedia storytelling.
Kedua, adanya kerjasama jurnalis dengan editor atau produser dalam proses peliputan berita. Editor atau produser tersebut dapat meminta fotografer untuk mengambil foto, reporter untuk terjun ke lapangan, videografer untuk turun ke lapangan bersama reporter, dan content creator untuk membuat peta dan ilustrasi.