Mohon tunggu...
Muhammad Gigih Wicaksono
Muhammad Gigih Wicaksono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Hello Pancasila"

9 Oktober 2012   03:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:03 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salam UG

Dewasa ini, banyak masyarakat melupakan Lima Dasar pedoman hidup bangsa Indonesia. Kalimat “Hello Pancasila” sepertinya wajib diucapkan untuk menyapa kembali Pancasila. Ini adalah langkah awal, karena langkah yang sesungguhnya ialah kita harus mengamalkan Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Namun, apa yang terjadi di masyarakat? Pernah saya menjumpai ada seorang ditanya bunyi Pancasila dan orang tersebut tidak hafal tepat bunyi Pancasila. Hanya lafal saja sudah kececeran, apalagi diminta menerapkan kehidupan Pancasila. Hal ini menunjukan bahwa di masyarakat kita tidak sedikit orang yang kehilangan jiwa nasionalismenya.

Betapa indahnya mereka anak-anak TK, Pancasila dihafalkan dan kemudian mereka bangga dengan mampu menghafalnya. Masuk dunia SD mereka mendengarnya di setiap Upacara Bendera. Itu artinya mereka belajar menerapkan kehidupan Pancasila. Namun, ketika beranjak dewasa kenapa Pancasila semakin tidak diperhatikan. Masuknya era baru ini membuat orang disibukan dengan kepentingan-kepentingan duniawi mereka, “siapa aku siapa kamu” itulah yang ada di benak mereka. Era gotong royong sudah memudar, dan semakin merajalelanya sikap egois atau mementingkan kemakmuran perut sendiri, seperti korupsi yang merajalela di negeri ini.

Nasionalisme itu sendiri ialah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara atas nama sebuah bangsa. Sedangkan menurut KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA Nasionalisme adalah “pecinta nusa dan bangsa sendiri”, “paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri”, “semangat kebangsaan”, atau “kesadaran keanggotaan di suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, intregitas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu”.

Lalu bagaimana cara menumbuhkan jiwa nasionalisme pada diri kita? Apa kita harus merasakan kembali masa penjajahan untuk menumbuhkannya? Media pendidikan telah berjuang keras mendidik kaum muda-mudi agar menjadikan Pancasila sebagai tuntunan hidup bernegara. Melalui media apa lagi jika mereka telah lepas dari dunia pendidikan? Pendapat saya mengenai ini yaitu perlu adanya gencaran sosialisasi Pendidikan Pancasila melalui media telekomunikasi dengan memanfaatkan stasiun Televisi, Radio, Koran Harian, dan media Internet. Ini adalah era globalisasi, semua berkembang dan menyebar dengan cepat melalui dunia maya. Startegi yang perlu dilakukan yaitu seperti membuat Film Dokumenter bertema Pancasila, menyelipkan contoh sikap Pancasila pada suatu peran dalam media hiburan, dan membuat slogan-slogan nasionalisme baik di TV, koran, maupun Internet.

Demikianlah sedikit pendapat yang bisa saya sampaikan. Semoga para pembaca bisa terpanggil hatinya untuk lebih mencintai bangsanya dengan mengamalkan Pancasila, minimal bisa menyapanya kembali seperti makna “Hello Pancasila”. Sekian dan terimakasih.

Salam UG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun