Mohon tunggu...
Suara Simpadjo
Suara Simpadjo Mohon Tunggu... -

Menulis adalah salah satu duniaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Dua Keinginan

28 Agustus 2013   20:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semenjak sore tadi hujan tak pernah berhenti. Genangan air hujan tidak lama lagi merembes ke kantin. Aku cuek saja melihatnya selama kopi dan rokok yang menemani kesendirian tidak habis. Bisa dibilang berkat dua hal ini mampu menghibur kala sendiri yang diselimuti perasaan tak menentu.

Kesendirian bukan hal yang patut kita cecar menurutku, bahkan harus kita syukuri. Bukan tanpa alasan aku mengatakan seperti ini. Toh, berkat kesendirian aku mampu menikmati perasaan yang tak menentu ini. Setidaknya tidak ada hal-hal yang dapat menggangguku untuk menikmatinya.

Sebenarnya aku menyendiri ini bukan tanpa alasan yang tidak jelas, justru karna ada suatu hal yang sedang mengganggu pikiranku. Sudah beberapa hari ini hal tersebut mengusik pikiranku.

Semuanya bermula beberapa hari yang lalu, saat aku pulang makan siang di rumah. Lagi asik-asiknya menyantap makan siang yang disajikan di meja dapur, ibu menghampiri aku di meja makan menyampaikan pesan ayah untuk aku.

"Wan, semalam ayahmu menyampaikan keinginannya ke ibu"

"Memangnya keinginan ayah apa bu?"

"Dia bilang kamu jangan dulu terlalu akrab dengan seorang perempuan"

"Wah, kok bisa begitu?"

"Soalnya ayahmu ingin menjodohkan kamu dengan keluarga kita"

"Ha? Aku ingin dijodohkan?"

"Iya, dijodohkan sama anaknya sepupumu"

"Aduh... Apa kata dunia kalau aku dijodohkan? Pasti teman-temanku semuanya ketawain aku. Palingan mereka ledekin aku si pengembara cinta kembali ke zaman dahulu"

Kekacauan pikiranku semuanya berawal dari perjodohanku. Semenjak itu aku lebih suka menyendiri memikirkan cara agar aku tidak dijodohkan. Masalahnya bukan pada perjodohannya, tapi ada pada orang yang dijodohkan untukku. Aku cuman takut bila nanti ketika sudah menikah ternyata aku tak mencintainya. Aku takut hanya perasaan kosong yang aku punya. Aku hanya ingin menikah dengan perempuan yang memang aku cintai, yang memang aku merasa damai dengannya, karna dia lah nanti yang akan menemani hari-hariku sampai aku menghembuskan nafas terakhirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun