Mohon tunggu...
Ghulam Sidra Phandawa
Ghulam Sidra Phandawa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Airlangga

mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menerobos Tantangan Pendidikan di Era Pandemi Covid-19

13 Juni 2024   21:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   22:39 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak muda yang hidup di tengah-tengah zaman digital, Saya adalah salah satu dari banyak pelajar yang menghadapi tantangan besar ketika pandemi COVID-19 ketika melanda dunia. Sebagaimana kebanyakan pelajar lainnya, perjalanannya dalam mendapatkan pendidikan terganggu oleh penyebaran virus yang tak terduga ini, terutama hal ini terjadi Ketika mendekati kelulusan saya di Sekolah Menengah Pertama. Namun, dengan tekad dan ketekunan, Saya menemukan cara yang efektif untuk terus belajar melalui platform daring. Sebelum pandemi melanda, Saya adalah seorang pelajar yang cukup rajin dan bersemangat di Sekolah. Saya mengejar impian dengan tekun di Sekolah, bersosialisasi dengan teman-teman sebaya, dan menikmati atmosfer belajar yang penuh semangat. Kehidupan saya di Sekolah Menengah Pertama bisa dibilang sangat menyenangkan. Namun, segalanya berubah secara drastis ketika COVID-19 mulai masuk ke Indonesia.

Seperti banyak negara lain di seluruh dunia, pemerintah setempat di negara saya (Indonesia) memberlakukan pembatasan yang ketat guna memperlambat penyebaran virus Covid-19. Sekolah-sekolah ditutup, dan guru serta siswa harus menemukan cara baru untuk tetap terhubung dan melanjutkan pembelajaran. Saya dan teman-teman dihadapkan pada tantangan besar: harus beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh. Inilah saat di mana perangkat teknologi menjadi sangat berharga. Melalui perangkat digital dan koneksi internet, mereka dapat tetap terhubung dengan guru mereka dan terus belajar dari rumah. Meskipun memiliki akses ke pembelajaran daring, perjalanan saya tidaklah tanpa hambatan. Salah satu tantangan utama adalah adaptasi terhadap lingkungan belajar yang baru. Tanpa hadir secara fisik di kelas, sebagai seorang siswa harus bisa memotivasi dirinya sendiri dengan lebih kuat lagi. Disiplin dan manajemen waktu menjadi kunci dalam menjaga kualitas pembelajarannya. Hal ini menjadi hambatan saat minggu-minggu awal pembelajaran daring. Selain itu, koneksi internet yang tidak stabil dan perangkat yang terbatas juga menjadi rintangan besar. Ada saat-saat ketika saya harus berjuang melawan ketidakpastian teknologi untuk tetap terhubung dengan kelas. Namun, ketekunan dan tekad saya pada waktu itu tidak pernah surut.

Saya dihadapkan pada berbagai rintangan. Namun, saya terus menunjukkan ketekunan yang luar biasa, tidak hanya berhasil mengatasi hambatan teknis, tetapi juga tetap mempertahankan kualitas akademis saya. Dalam menghadapi ujian dan tugas-tugas, saya menunjukkan dedikasi penuh serta yang kuat untuk terus belajar dan berkembang. Saya tidak ingin hal seperti ini menghambat prestasi, dan saya terus maju untuk mengejar Impian saya. Pelajaran yang diberikan oleh guru melalui platfrom online, seperti zoom, google meet, dan google classroom, lebih sulit untuk dipahami. Namun seiring waktu saya semakin paham, bahwa "kadang hal yang tidak kita sukai, itulah yang akan mengembangkan pribadi kita.". Saya mencoba terus beradaptasi dengan keadaan saya waktu itu, meskipun itu bukanlah hal yang mudah. Lambat laun saya mulai terbiasa dengan hal yang saat itu terjadi, mulai menemukan Teknik belajar yang efektif. Metode yang saya gunakan, adalah belajar dengan santai, namun tidak menyepelekan hal-hal kecil. Saat zoom terkadang saya mengantuk, jadi setiap Pelajaran telah selesai, saya kembali melakukan review materi yang tadi disampaikan oleh guru saya, bersama orang tua saya. Hal yang saya lakukan terbukti efektif, nilai ujian harian, dan tugas-tugas saya, selalu diatas kkm (75 keatas). Dengan demikian, saya berhasil lulus Sekolah Menengah Pertama, dengan nilai rata-rata 90. Itu merupakan suatu kebanggan tersendiri untuk diri saya. Namun, semua itu belum selesai, saya kembali dihadapkan oleh kenyataan, bahwa Covid-19 belum usai, dan harus melanjutkan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas, melalui pembelajarang daring.

              Pada awal Sekolah Menengah atas, saya harus kembali beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tuntutan kerja orang tua saya, membuat kami sekeluarga harus berpindah pulau, dari pulau Sulawesi Selatan ke Jawa Timur. Ini awal yang cukup sulit buat saya, perbedaan gaya hidup, serta perbedaan bahasa, membuat saya cukup kaget. Pembelajaran dating di Sekolah Menengah Atas cukup sulit, karena saya belum memiliki teman sama sekali, pada awal semester nilai saya tidaklah bagus, dan saya terus berbenah, serta melakukan introspeksi kekurangan yang, dan kesalahan yang terjadi pada semester pertama.

              Pada saat semester kedua, saya mulai menyedari, memiliki teman sangat dibutuhkan untuk menunjang akademik. Saya mulai mencoba berbaur dengan lingkungan sekolah, karena pelajaran mulai diadakan luring, namun masih diselingi dengan pembelajaran daring. Saya mulai terbiasa dengan cara komunikasi orang dilingkungan sekolah, mendapatkan teman-teman yang bisa mengerti, dan tau kondisi saya, merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Saya mulai menemukan ritme, dan cara belajar yang efektif di semester kedua, lingkungan saling support, membuat saya berkembang. Dorongan tersebut sangat bermanfaat buat pribadi saya, memudahkan proses adaptasi dilingkungan baru. Semester berikutnya pun, bisa saya jalani dengan sangat baik, dan nilai-nilai akademik menjadi jauh lebih baik.

Pengalaman yang saya alami menunjukkan betapa pentingnya adaptabilitas dalam menghadapi tantangan, serta situasi yang terjadi. Pandemi COVID-19 telah memaksa kita untuk berpikir di luar kotak dan menemukan solusi kreatif untuk setiap masalah yang muncul. Ini adalah pelajaran berharga bagi saya tentang kekuatan ketekunan, ketabahan, dan semangat pantang menyerah. Semua hal yang terjadi, sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kita. Tuhan tidak pernah memberikan sebuah cobaan, diluar batas kemampuan kita sebagai hamba-nya. Kita harus bisa belajar untuk menanggapi dengan baik situasi yang terjadi.

Sekarang, dengan pandemi mulai mereda, Ghulam Sidra Phandawa dan jutaan pelajar lainnya di seluruh dunia dapat melihat masa depan dengan lebih optimis. Pengalaman belajar selama pandemi tidak hanya meningkatkan keterampilan dalam menggunakan, dan memanfaatkan teknologi, tetapi juga memperkuat ketahanan mental, emosional, serta membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dalam mengahadapi situasi yang terjadi. Hal itu akan menjadi bekal kita sebagai pelajar untuk menyiapkan persiapan di masa depan.

Kisah yang saya alami adalah cerminan dari semangat keberanian dan ketekunan yang terus hidup di tengah-tengah kesulitan era pandemi Covid-19. Semua ini adalah bukti bahwa dengan tekad yang kuat, tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi. Semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi inspirasi bagi jutaan orang yang menghadapi tantangan serupa dalam perjalanan pendidikan mereka. "The more you learn, the more you earn." (Semakin kamu belajar, semakin banyak yang kamu dapatkan.). Sekian yang dapat saya curahkan di artikel ini, Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun