Mohon tunggu...
Muhammad Ghufron Muhammad
Muhammad Ghufron Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo!! Saya Muhammad Ghufron Ariawan, mahasiswa semester 2 jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga. Saya memiliki ketertarikan dalam hal ekonomi dan politik, dan suka untuk menulis.

Saya merupakan orang yang suka bersosialisasi dengan orang, saya mempunyai hobi untuk berolahraga dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Money

Krisis Pangan Dunia Mulai Mengancam, Indonesia Diminta Antisipasi Hal Tersebut

9 Juni 2022   16:21 Diperbarui: 9 Juni 2022   16:40 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketika berbicara mengenai pangan, tentunya tidak terlepas dari sektor yang menjadi kebutuhan primer umat manusia di dunia. Pangan sendiri merupakan bahan makanan yang secara rutin dikonsumsi oleh masyarakat, dan menjadi sumber gizi dan energi yang paling dibutuhkan. Kondisi demikian membuat ketersediaan pangan menjadi hal yang sangat penting, akan tetapi kondisi dunia sedang mengalami problematika yang menyebabkan potensi terjadinya krisis pangan.

Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa kondisi dunia yang masih kesulitan karena pandemi Covid-19 dan terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina, ditambah lagi kondisi alam yang tidak menentu menyebabkan pasokan pangan di seluruh dunia mengalami penurunan. Badan Pangan Dunia atau FAO juga memperingatkan bahwa adanya potensi terjadinya krisis pangan. 

Di tengah pandemi Covid-19, banyak negara produsen bahan pangan yang membatasi bahkan menutup ekspor komoditas tertentu untuk memastikan bahwa stok dalam negeri mereka mencukupi, hal ini menyebabkan harga komoditas bahan pangan yang naik di beberapa negara. Jika dilihat dari kondisi geografis, Indonesia sangat diuntungkan pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa yang memungkinkan negara Indonesia melakukan cocok tanam sepanjang tahun.

Ancaman krisis pangan yang melanda dunia

Krisis pangan berpotensi melanda dunia membuat seluruh negara harus waspada demi mencegah malapetaka krisis pangan. Berdasarkan pengamatan PBB kenaikan harga pangan pada tahun 2021 meningkat sebesar 33 persen, harga pupuk lebih dari 50 persen, sementara BBM nyaris meningkat 70 persen sehingga menyebabkan sehingga lebih dari 276 juta manusia di seluruh belahan dunia terdampak. Di Ethiopia, Somalia, dan Kenya jumlah penderita kelaparan meningkat dari 10 juta orang menjadi 23 juta, hal ini dapat disimpulkan bahwa potensi krisis pangan akan menjadi bencana serius jika tidak segera diatasi. Sementara itu, wabah kelaparan juga melanda beberapa negara seperti Afganistan, Suriah, Irak, Libya dan Yaman. 

Di Indonesia sendiri potensi krisis pangan sudah mulai terlihat, harga pangan di beberapa daerah mulai terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Seperti contoh kenaikan harga minyak goreng menyebabkan masyarakat mulai kesulitan mengakses minyak goreng dan membuat harga pangan lainnya juga mengalami kenaikan. Harga kedelai, jagung, cabai, dan bawang merah juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan oleh komoditas yang tidak merata menyebabkan supply di pasar mengalami penurunan.

Langkah yang diambil pemerintah

Saat ini pemerintah tengah menyiapkan rencana besar untuk mengantisipasi krisis pangan yang berpotensi melanda dunia, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa ada beberapa pilihan yang akan disiapkan untuk mengantisipasi hal ini. Pemerintah berupaya mencari alternatif-alternatif bahan pangan dan tidak hanya bergantung pada satu jenis bahan pokok dengan melakukan diversifikasi pangan. Pemerintah berupaya mengembangkan potensi alternatif beras seperti jagung, sagu, dan juga sorgum.

Adanya banyak alternatif bahan pangan di Indonesia berpeluang membuat Indonesia dapat mengurangi impor bahan pangan beras, jagung, dan gandum yang masih terjadi. Pada saat ini pemerintah tengah melakukan perluasan lahan pertanian tanaman pangan jenis sorgum di wilayah Nusa Tenggara Timur. Seluas 60 hektar lahan tanaman sorgum telah berhasil dipanen. Rata-rata hasil panen setiap satu hektar mencapai 5 ton sorgum dengan harga jual mencapai Rp 50 juta per tahun. Diketahui sorgum merupakan tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Sehingga penguatan produksi sorgum akan mengurangi beban Indonesia agar dapat menghadapi potensi krisis pangan yang bisa kapan saja melanda dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun