saya tidak sadar kapan ia hadir
hanya merasakan sebuah kehangatan saat hadirnya
semerkah sinar dari reruang dingin yang buat menggigil
menjalarkan hangatnya seantero ruang
heran nya, saya menyerap banyak hangat darinya.
seperti sponge yang menyerap air begitu cepat
meskipun teriknya kerap kali membuat kulit terbakar
tapi itu membuat sadar, bahwa ia memang bercahaya,
tapi untuk semua
salahku menyerap cahayanya terlalu lama dan banyak
saya tidak sadar kapan ia hadir
saat untaian cahaya membuatku sering berkeringat
adrenalin terpacu mamancing aktivitas ku menggapai cahaya
namun pagi dan siang itu berganti malam saat waktunya
cahaya itu masih ada,Â
namun tersamarkan perputaran rotasi bumi,
tapi itu membuatku sadar, sebelum hadirku.
cahaya sudah bersinar
tapi dalam rotasinya yang tak dapat di ganggu.
salahku menganggap dapat mengikutinya 24 jam dan setiap waktu
saya hanya sadar ia pergi
bersama hadirnya malam sepanjang abadÂ
dan ruang pendingin yang terbuka lapang
kali ini aku tidak tahu salahku
aku yang tak pernah berucap kepada cahaya
bahwa hadirnya sangat berarti
berterimakasih atas hadirnyaÂ
karena saat ku berucap itu bisa jadi sebuah kesalahan
yang berdampak bagiku dan baginya.Â
cahaya jangan pergi, inginku dengan bisu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H