Mohon tunggu...
Tjhia Tjhia
Tjhia Tjhia Mohon Tunggu... -

ghost is hantu

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara, Amoy dan orang Medan.

29 Juli 2010   07:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

saya punya beberapa pengalaman hidup..mungkin agak aneh kalau diceritakan.. tapi inilah kenyataan yang mesti saya hadapin..
saya lahir di kalimantan tepatnya singkawang. kota amoy yang terkenal akan bakmi singkawangnya.
sejak kecil saya dididik oleh orang tua yang sangat ketat sekali, papa saya adalah orang yang kuno, buat dia anak putri harus sopan , bisa masak, bangun pagi dan juga pintar berbahasa daerah.
suatu ketika saya harus bangun pagi hari untuk menuang sesaji berupa air teh kepada leluhur dan sembayang, sesuai dengan adat saya, anak harus menghormati leluhur walaupun beliau telah meninggal.kehidupan religius terus saya lakukan hingga saya berusia 13 tahun. orang tua memutuskan untuk hijrah ke jakarta. banyak dari saudara kami yang telah sukses di ibu kota. ayah saya yang mempunya keahlian di bidang pengobatan altenatif mendapatkan sponsor untuk tinggal dijakarta.
kehidupan pada awal kami di jakarta agak asing karena berbeda dengan tempat kami. disini kami harus berbicara bahasa indonesia dengan baik. padahal di kampung kami bahasa daerah terlalu kental untuk dibicarakan sesama teman atau tetangga. namun akhirnya seiring waktu kami mulai bisa hidup bertetangga dengan bahasa betawi yang pas pasan. bahkan orang tua saya tidak begitu fasih untuk menyapa tetangga kami.
hidup multi komplek dengan berbagai etnis membuat kami harus berhadapan pada berbagai masalah sosial. suatu ketika saya mempunya tetangga dari medan. ntah mengapa orang tua saya tidak menyukai keluarga medan itu. dalih punya dalih ternyata orang tua saya termakan gosip yang mengatakan kalau orang medan itu licik, penuh kebohongan dalam berbisnis. sehingga orang tua kami agak berhati hati bila bertemu dengan orang medan yang tinggal disekitar kami.
hingga beberapa tahun kami hidup di jakarta sampe saya lulus smp, ayah saya meninggal karena penyakit paru paru basah. kami sekeluarga sangat terpukul termasuk saya, sebagai anak tertua dan ibu yang sudah mulai tua saya berpikir keras bagaimana melanjutkan hidup tanpa ayah kami yang menjadi tiang ekonomi keluarga kami , belum lagi saya mempunyai dua adik lelaki dan perempuan.
keputusan pada akhirnya dibuat, ibu saya memutuskan untuk berkerja menjadi pengasuh di taiwan. sedangkan kami bertiga hanya mempunyai 2 keputusan. 1 ikut saudara kami di kalimantan atau 2 tinggal dan menunggu uang kiriman dari ibu. belum keputusan itu dibuat jakarta sudah dibanjirin oleh kerusuhan rasis98 yang berbuntut ketakutan kami. dan kami sekeluarga memutuskan untuk pergi ke taiwan. kebetulan banyak rekan sanak saudara ibu yang menikah dengan pria taiwan. mereka bersedia menampung kami.
ada tradisi dimana gadis amoy begitu mencintai harta daripada cinta.well, mungkin bisa aja itu benar! berdasarkan pengalaman saya , bisa saya liat sendiri begitu banyak amoy asal kalimantan yang memilih menikah dengan pria taiwan, hongkong dan malaysia untuk keluar dari krisis keuangan, tapi yang patut dihargai dari amoy yang menikah dengan pria pria tersebut. tali persaudaraan antara amoy dan orang tua tidak pernah terputus. sehingga bisa dikatakan bahagia apa tidak yang penting uang masuk, keluarga aman dan sejahtera.
hidup ditaiwan dan beberapa kali dijodohkan dengan pria taiwan sudah menjadi hal yang lumrah untuk saya. tapi ibu saya tidak pernah memaksa saya untuk menikah dengan pria yang melamar saya melalu macombrang atau makelar. terkadang saya stress juga bila harus berpikir menikah muda mengingat usia saya ketika itu masih 17tahun.
terkadang terasa pedih bila melihat ibu yang berkerja untuk kami membiayai hidup kami sebagai pengasuh , dan kadang meramu obat untuk orang yang akan melahirkan.namun walaupun beliau terlihat letih, beliau selalu bersamangat melakukan pekerjaan asal halar dan bisa membuat kami sekeluarga cukup makan dan tidur.
suatu ketika saya memutuskan untuk kembali melihat aset keluarga kami yang berada di jakarta. tidak ada yang berubah dari jakarta selain mungkin beda presiden kali ye… saya pulang sendiri untuk melihat rumah ayah dengan maksud ingin menjualnya. namun alangkah terkejutnya rumah kami masih terawat dengan baik. disewakan kepada orang lain, dan orang itu bersedia menampung saya selama di jakarta.mengingat kebaikan ayah kami yang pernah menyembuhkan anak dari orang tua yang menyewa rumah kami.
orang yang menempati rumah kami bersedia membeli rumah kami. dan walau dalam hati terasa tidak rela namun akhirnya saya merelakan rumah kami dijual kepada orang itu. perjalanan hidup saya di jakarta masih berlanjut ketika saya mencoba untuk mencari kerja sambil menunggu berangkat kembali ke taiwan. saya mendapatkan pekerjaan menjaga toko pakaian di mangga dua. walau bergaji kecil namun saya menjalani dengan baik karena di otak saya hanya satu mengisi waktu selama di jakarta.
suatu ketika saya pulang saya dipanggil oleh tetangga kami yang medan. tetangga itu ikut prihatin dengan kejadian yang menimpa keluarga kami. dan ini adalah untuk pertama kali saya berbicara dengan tetangga saya yang medan. beliau mengenalkan anaknya kepada saya. kesan pertama tidak ada yang aneh, mungkin secara naluri saya masih termakan gosip yang mengatakan kalau orang medan itu serba buruk.
namun sapa sangka seriring perjalanan waktu saya menjadi dekat dengan anak medan itu bernama hendra , dan selama menjalanin persahabatan dengan hendra. timbul cinta dengan diantara kami. tak ragu saya menerima cinta dia. walau saya yakin mama akan menolak mengingat pria itu orang medan, apa yang saya ingat selama ini tetang kesan orang medan ternyata berbalik 180 derajat. sungguh ironis. yang saya dapatkan adalah kerja keras yang luar biasa dari kekasih saya. dia mengajarkan berbagai cara berusaha dengan baik.jujur dan tidak licik seperti yang dikatakan orang awan.
walau pada akhirnya hubungan saya harus berakhir. namun saya baru menyadari satu hal yang sulit untuk dilupakan dari kesan orang medan dalam berusaha itu buruk adalah salah. cinta memang sungguh aneh. ketika logika berpikir tidak semua kesan dan makna akan sama. Karena itulah kita hidup di Indonesia sebagai negara bhinekka tungga ika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun