Seorang Wanita
jomblo bukan berarti derita
tanpa wanita
aku masih merasakan bahagia.
namun jujur,
seorang wanita
sungguh seorang saja
akan mampu melengkapi relung bahagia
menjadi lebih sempurna.
(Trenggalek, 6 Desember 2014)
Kosong
tidak ada yang menarik
perasaanku kosong, pikiranku kopong
aku selalu berjalan di daratan
daratan datar tanpa penghalang
tiada bukit yang terjal, apalagi gunung yang menjulang,
tak pernah ku terjerembab ke dalam jurang,
atau sekedar terperosok ke sebuah
lembah tak bertuan.
tiada kisah yang perlu diungkapkan
tidak akan ada yang menarik
semuanya kosong, segalanya kopong
tidak memiliki makna
tiada yang mampu menggugah jiwa
seperti kisah perjuangan yang melegenda
petualanganku hanyalah sebuah gagasan
pikiran yang melamunkan angan-angan
menari dan bergoyang dengan nada sumbang
lagi bimbang, tarian pena di atas kertas buram
sejenak meraih kebebasan
sekejap menikmati keindahan
meliuk-liuk di antara beribu pemikiran
menciptakan dunia dalam kehidupan
dalam hingar bingar kesunyian.
(Trenggalek, 8 Desember 2014)
Orang Gila
kawanku pernah bilang
aku itu aneh
aku justru berpikir
aku lebih dari sekedar aneh
boleh dikata aku gila.
kalau kau mau saksi
tanyakanlah pada balita
tanyalah pendapatnya
mereka semua akan kompak bersuara
"orang gila, orang gila"
tentu saja orang gila
pakaian kumuh, potongan rusuh
wajah lusuh, penampilan buruh
kulit berpeluh, tapi jiwa tidak separuh
walau tidaklah penuh.
aku ingin bilang
orang yang tidak gila pasti mengeluh
jika pakaiannya kumuh, jika potongannya rusuh
jika wajahnya lusuh, jika berpenampilan buruh
jika kulitnya berpeluh, dengan wangi busuk yang menyentuh.
mereka tidak akan separuh-separuh
walaupun jiwa mereka semua luruh.
(Trenggalek, 8 Desember 2014)
Mata Penguasa
penguasa selalu mendapatkan mata
seruannya didengarkan oleh telinga
baik buruk tidak jadi apa
benar salah itu urusan mereka
kita tak perlu bicara
atau kita akan sengsara di dunia.
penguasa selalu memiliki banyak harta
dijilati oleh anjing-anjing tak berjiwa
mereka hidup untuk harta
mereka mati karena haus tahta
mereka ingin memikat berjuta wanita
mendapatkan kesenangan dunia yang fana
tapi entahlah kelak di sana.
wahai kalian yang diperbudak penguasa
masihkah kalian memiliki jiwa
tengoklah mereka orang biasa
dengarkanlah keluhannya
aspirasi mereka tercekat tak bernyawa tanpa suara,Â
karena kalian mementingkan kesenangan semata,
kalian ingin mendapatkan mata penguasa,
kalian hanya mendengarkan seruan mereka,
sekalipun itu omong kosong dan tak bijaksana...
hampa...
(Trenggalek, 10 Desember 2014)
Catatan Hari Ini
pagi bangunku terlambat
tadi malam tidurku tersekat
tersentak oleh cairan pekat.
hebat,
penatku masih berjalan-jalan
melangkahkan kaki
menginjak-injak otot-ototku yang letih
guyuran air tak mampu
mencabut kelesuan rasa lelahku
wangi sabun dan sampo
tidak menjadi terapi jitu
ragaku lemah tidak terganggu
belum sempat makanan menyerbu badanku
mataku hanyut,
aku duduk di bilik itu
tulisan-tulisan dalam layar
telah menutrisi otak dan pikiranku
namun tubuhku tetap lesu.
tulisan-tulisan itu tiba-tiba kehilangan energi
layar yang tadi cerah
berubah menjadi hitam sunyi
tanpa kendali
kini sepi dan aku harus pergi
dalam keadaan lapar melangkahkan kaki
hingga tiba di suatu tempat untuk menanti
satu jam 'ku menunggu
duduk terdiam berharap[1]
aku tidak tertipu lagi
ia menawarkan tempat duduk yang santai
bersama puluhan orang yang capai
tapi laparku kian menjadi
hingga saat turun aku tak kuat lagi
aku butuh gizi
aku ingin energiku kembali
aku mau makan dan minum
supaya mampu berdiri
aku masih harus melangkahkan kaki
masih dua kilo lagi
namun langkahku berat seolah menghabisi
terik matahari telah menguras energi
tapi aneh semangatku kembali
bersama dengan keringat hasil ekskresi
aku sampai di sini.
ketika mentari lengser dari puncaknya
sampai hingga tenggelam nanti
aku akan masih di sini
mempelajari makna dan arti kebersamaan
yang hakiki.
[pre-memory]
kini pukul 00.18 dini hari
ayam jantan telah berkokok silih berganti
penat yang terakumulasi
membuatku ngantuk sekali
aku ingin tidur dan sampai jumpa lagi.
(Trenggalek, 11 Desember 2014)
Sumpah, Sampah
sumpah, aku ini jahat banget
sampah, jiwaku memang seret
lemah, pikiranku tak bergreget
desah, bagai orang yang kesambet
parah, emosiku mampet
ia tak mau mengalir
padahal banyak yang perlu air
tak perlulah sampai banjir
cukuplah jika hanya secangkir
biar suasana ini cair.
sumpah, aku ini dingin
lumrah, kasihmu tak terjalin
marah, kau ditinggal sepoi angin
malah kau rindu dimanjain.
(Trenggalek, 14 Desember 2014)
Kematian
kematian selalu menggugah
disertai kesedihan yang membuncah
kepiluan hati tak bisa dicegah
hanya bisa ditutupi dengan rasa pasrah
kematian terkadang menyentak
mengejutkan bagai gulungan ombak
menyapu daratan sekali hentak
membinasakan peradaban dengan serentak
dan manusia tak 'kan mampu mengelak
huhh...
manusia itu memangnya apa
bukankah ia hanya makhluk papa
ia bergantung kepada alam semesta
ia tak mampu hidup tanpa selainnya
ia itu lemah tapi sok berkuasa
ia akhirnya akan mati juga
meninggalkan dunia yang fana
ada orang bilang
jalan kita masih panjang[2]
huh... apanya yang panjang
bukankah hari selalu berganti petang
dan kita tak tahu
yang terjadi saat esok menjelang
bukankah kematian selalu membayang
bukankah kehidupan ini hanya bayang-bayang
bayang-bayang antara perang dan kedamaian
antara benci dan kasih sayang
antara kesedihan dan kebahagiaan
kehidupan adalah bayang-bayang kematian
sebuah jalan mendapatkan ridho tuhan
(Trenggalek, 14 Desember 2014)
Catatan:
[1] diambil dari lirik lagu Cinta Untukku karya Power Metal
[2] Dewa 19 - Jalan Kita Masih Panjang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI