Mohon tunggu...
Ghofiruddin
Ghofiruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Seorang pecinta sastra, menulis puisi dan juga fiksi, sesakali menulis esai nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Seorang Mbambung 2010-2011

18 Oktober 2021   05:18 Diperbarui: 18 Oktober 2021   05:39 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelas Desember 

11 Desember 2010,

tak 'ku sangka dan tak 'ku rasa

waktu demikian cepat berlalu

sejak terakhir 'ku lihat wajahmu,

hanya melihat wajah dan

senyum manismu,

menuai sapa di hati yang kelabu,

sudah lama di Juli yang lalu

2010 tanggal 19 di jalan itu.


11 Desember 2010,

'ku tulis puisi untuk mengingat dirimu,

untuk mengingat cintaku padamu,

untuk mengenang masa yang telah berlalu.

walau perih dan sedih slalu melanda hatiku

di kala engkau pergi dan berlalu

tanpa peduli dengan aku yang merindu.


11 Desember 2010,

meski terasa sakit di dalam hati,

akan tetap 'ku songsong kehidupan yang berarti.

dan semoga engkau yang di sana kini

slalu bahagia hingga kau mati.

(Malang, 11 Desember 2010)

Hujan

akhirnya hujan turun bertubi-tubi

hingga tetesannya tak terhitung lagi,

membasahi, mendinginkan, dan menentramkan

setiap kesepian, kesedihan yang dalam.


hujan datang membawa harapan,

menumbuhkan pikiran yang lama hilang,

mengingatkan sejuta kenangan terpendam.

hujan tiba tanda kebahagiaan.


hujan jatuh kering menghilang.

air harapan untuk kesuburan.

air harapan untuk keindahan.

semua dari Sang Pencipta Alam.

(Malang, 17 Oktober 2011)

 

Tak Ada Inspirasi

pikiran kosong ditemani layar tivi

perut melolong walau telah terisi.

ingin menulis tiada inspirasi.

ya, jadilah begini tulisan ini.


ngawur, tak bermakna, tak berdedikasi

cuma tulisan untuk menghibur diri

kegalauan jiwa yang menjadi-jadi.


benar-benar tanpa inspirasi

hati empty dan otak tidak lihai

sungguh sial nasib ini

padahal tulisan hidup jadi berarti

sungguh mampu meniadakan mati.

(Trenggalek, Oktober 2011)

 

Kapan

ketika semua berakhir,

kapankah bisa terukir

kapankah bisa teraih

kapankah bisa tergapai

segala harapan yang membayangi.


mungkin lusa atau entah nanti,

semua bisa terukir

semua bisa teraih

semua bisa tergapai,

hanya perlu sedikit peduli

tanpa ada ambisi pribadi.


kapankah bisa terukir

kapankah bisa teraih

kapankah bisa tergapai

kapan.

kapan.

kapan.

(Malang, Oktober 2011)

Apa Aku Ini

apa aku ini

apa cinta ini

mengapa begini

kau tak mengerti


dan sesal di hati

tak akan berarti.

mencoba berani,

malah tak terkendali.


dan siapakah engkau

aku tiada tahu.

sungguh karena engkau

jiwaku sangat terganggu.

(Malang, Oktober 2011)

 

Cinta Pergi ke Papua

 

ditinggal cinta pergi ke papua

bukan jakarta atau sekedar surabaya

ditinggal untuk waktu yang tak tentu lamanya.

ia mencari kerja.


aku masih di sini, di malang kota,

cuma membayangkan betapa cantiknya dinda.

melihat indah senyumnya tiada bisa.

memandang cantik parasnya 'ku tak kuasa.

aku terlena.

(Malang, 30 Desember 2011)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun