Pembahasan dalam tema 01 IPS kelas 8 SMP adalah terkait Sumber Daya Manusia. Di dalam buku paket terdapat artikel yang membahas tentang kualitas SDM di Indonesia tahun 2016. Dimana dalam artikel tersebut dituliskan bahwa tahun 2016 SDM Indonesia menempati posisi kelima di ASEAN. Sedang dipenjelasan sampingnya dituliskan bahwa tahun 2018 Indonesia menempati posisi keenam di ASEAN. Ini menarik dan sangat informatif untuk dibaca siswa SMP.
Sebagai guru saya memberikan waktu kepada mereka untuk membaca artikel dan bacaan yang ada di buku paket tersebut. Untuk mengecek kemampuan literasi mereka saya mencoba menanyakan apa yang telah mereka baca dan mencoba untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menarasikan ulang bacaan mereka. Awalnya tidak ada siswa yang berani, tetapi kemudian ada siswa yang memberanikan diri angkat tangan dan mencoba menyampaikan apa yang telah dia baca, namun jawabannya begitu singkat, "Pak tadi saya membaca tentang kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang menjadi nomor 5 di ASEAN."
Kemudian saya lanjutkan pertanyaan kepada siswa tersebut, "Kok bisa begitu ya? Mengapa Indonesia bisa menempati posisi kelima bukan pertama?". Siswa laki-laki di depan menjawab karena mayoritas SDM Indonesia tamatan SD pak". Saya pun langsung menyambut jawaban itu, "Iya benar, jadi kalian tahu kan kaitan tentang pendidikan dan kualitas SDM?". Para siswa menjawab, "iya pak.". Hal ini saya tekankan di awal agar siswa memahami pentingnya mereka sekolah dan termotivasi untuk belajar di sekolah demi mengharap masa depan yang cerah dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa luar terutama di negara ASEAN, mengapa ini menjadi penting karena jika melihat data BPS Â Provinsi Banten tahun 2021 Angka Partisipasi Sekolah di Kota Serang usia 16-18 (Usia SMA) hanya di angka 61,94 dan ini terendah nomor 3 di Provinsi Banten setelah Lebak dan Pandeglang, dengan menanamkan pentingnya pendidikan harapannya para siswa termotivasi untuk terus melanjutkan sekolah dan termotivasi untuk menambah kualitas diri mereka.
Di momen pembahasan terkait Sumber Daya Manusia ini saya juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berani menyampaikan cita-citanya dan alasannya mengapa mereka memiliki cita-cita itu.
Beberapa siswa mengangkat tangan dan menjawab bahwa mereka ingin menjadi dokter, hakim, tni/polri dan dosen. Dari sini ada hal menarik bagi saya, tidak ada siswa yang bercita-cita menjadi nelayan. Padahal secara geografis sekolah saya (SMPN 5 Kota Serang) adalah daerah pesisir dan beberapa siswa merupakan anak nelayan. Namun anehnya, sama sekali tidak ada yang ingin menjadi nelayan yang sukses.
Saya pun kemudian bertanya kepada mereka, "Apakah ada orang tuanya yang menjadi nelayan?" tidak ada siswa yang angkat tangan. Saya ulang lagi pertanyaan saya, "apakah disini ada orang tuanya ada yang menjadi nelayan?" siswa mulai berisik dan saling tuding satu sama lain untuk mengaku bahwa dia anak nelayan. Walhasil, ada siswa yang mulai angkat tangan dan mengaku bahwa dirinya adalah anak nelayan.
Saya kemudian bertanya kepada anak tersebut, "kamu tidak bercita-cita jadi nelayan ya?" anak tersebut menjawab, "tidak pak, saya bercita-cita jadi tentara". Saya mengapresiasi dan memberikan tepuk tangan kepada anak tersebut.
Setelah itu saya bertanya kepada para siswa, "Mengapa kalian tidak mau menjadi nelayan? Jika tidak ada yang mau dan bercita-cita menjadi nelayan maka siapa yang akan menangkap ikan di laut? Apakah kedepan akan ada jaminan ikan masih akan tersaji di piring-piring kita untuk lauk kalau tidak ada yang mau menjadi nelayan?"
Kemudian saya ceritakan kecanggihan teknologi nelayan dalam menangkap ikan dan progress keuntungan secara ekonomi jika mampu memadukan kecanggihan teknologi pada pekerjaan nelayan, saya menyampaikan harapan dan nasehat kepada para siswa untuk kedepan jika mereka sudah dewasa dan kuliah bisa mengambil jurusan perikanan ataupun kelautan karena potensi sekitar tempat tinggal mereka berurusan dengan laut dan segala sesuatunya, dengan tidak mematahkan semangat beberapa siswa yang memiliki cita-cita dokter, hakim, tni/polri dan dosen tadi.
Penyampaian ini hanya sebagai usaha untuk memotivasi siswa bahwa pekerjaan tidak melulu yang memakai seragam dan berkantor dinas, namun bisa juga menjadi seorang yang mampu mengolah Sumber Daya Alam di sekitarnya secara canggih dan professional yang tentu akan memberikan jaminan kesuksesan dan keuntungan ekonomi yang melimpah.
Problem yang saya alami ini tentu bukan hal baru, ini sudah secara turun temurun. Di kampung halaman saya, Delanggu Klaten, juga sama. Ketika saya kecil teman-teman saya tidak ada yang menjawab bercita-cita sebagai petani sukses. Padahal Delanggu adalah tempat yang sangat terkenal dengan beras Rojolelenya yang pulen, lezat dan terkenal di Indonesia. Namun kenapa tidak ada yang bercita-cita menjadi petani sukses?
Ini sebenarnya juga menjadi bagian dari permasalahan pendidikan di Indonesia, mengapa pekerjaan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam kurang begitu diminati? Padahal Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam yang amat sangat melimpah?
Sebagai guru saya tergerak untuk memotivasi siswa agar mampu menjadi orang yang memiliki tekad untuk mampu mengolah alam sekitar dengan professional dan memandang bahwa tempat tinggal mereka adalah gudang potensi penghasil rupiah yang apabila digarap dengan tepat akan menghasilkan kesuksesan yang menjajikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H