Mohon tunggu...
Ghofar El Ghifary
Ghofar El Ghifary Mohon Tunggu... Guru - Nama saya adalah Abdul Ghofar dan memiliki nama pena Ghofar El Ghifary. Saya adalah seorang guru dan juga pegiat literasi. Salam Inspiratif!

Saya berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur dan kini tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Virus Corona Menyatu dengan Virus Hate Speech

15 Maret 2020   14:12 Diperbarui: 15 Maret 2020   14:10 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus corona, nyata tapi tak nampak. Virus corona menyebar begitu pesat. Namun, ada yang lebih menjadi perhatian penting bagi setiap insan di belahan bumi manapun, yakni cara menyikapinya. 

Virus ini muncul dan membuat semua orang geger melebihi musim Pilpres. Dimana kata-kata cacian dan makian lebih merajalela di media sosial dibanding kemunculan virus itu sendiri.

Virus Corona adalah bagian dari ciptaan Tuhan. Dan tentunya kemunculannya harusnya bisa menjadikan para manusia untuk kembali kepada Tuhan. Terlebih di belahan bumi Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama dan bertuhan. 

Bagaimana cara kita menyikapi dan menahan serangan virus corona jika cara kita memublikasikannya saja harus ada orang lain yang patut dipersalahkan? Secara konkretnya harus ada yang di-kambinghitam-kan, sehingga muncullah kata-kata kotor dan sumpah serapah.

Bagi yang sudah terjangkit virus ini harus dikarantina dan mendapatkan perawatan secara intensif. Sedangkan bagi yang belum terkena dampak dari virus ini kok malah dengan mudahnya menuduh pasien yang terjangkit dengan kata-kata yang terkesan menyudutkan. 

Seolah-olah merasa aman dan mengatakan bahwa yang terjangkit adalah akibat dari ulah sendiri karena tidak bisa menjaga diri. Helooo... Ini adalah virus/penyakit. Orang mana yang mau sakit? Orang mana yang mau terinfeksi virus?

Ini adalah indikasi bahwa sebagian besar masyarakat kita kurang bijak dalam bermedia sosial. Khususnya dalam menanggapi informasi-informasi yang berseliweran. Masyarakat kita dalam bermedia sosial kurang tatanan dalam berbahasa dan kurang mampu menahan emosi pribadi.

Baiknya etika sebenarnya adalah berpikir sebelum berbicara/berkata-kata di media sosial. Bukan berkata-kata dulu baru berpikir. Nanti yang ada terjerat kasus Hate Speech (ujaran kebencian) langsung minta maaf dan kembali menuding bahwa kasus yang menimpanya adalah sebuah pesanan.

Ayolah, mari bersikap bijak dalam bermedia sosial agar kita lebih bisa fokus dalam menanggapi/menginformasikan tentang virus corona dan cara mencegahnya agar tidak semakin merajalela. Karena, sejatinya tanpa kita sadari virus hate Speech dalam bermedia sosial lebih dulu mewabah dibandingkan virus Corona ini.

Mari menjaga diri dan jangan lupa memohon kepada Tuhan agar selalu melindungi kita semua dari segala keburukan-keburukan akhir zaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun