Oke, kita lanjut yaaa...
Kemudian, seorang teman melalui postingan Instagram merekomendasikan sebuah buku yang berjudul "Orang-orang Oetimu" karya Felix K. Nesi, aku yang saat ini sedang di Indonesia Timur membuatku tertarik karena akan sangat dekat dengan lingkunganku saat ini.
Membaca bait demi bait, diawal aku mengira ini akan bercerita tentang penindasan dan perjuangan masyarakat Oetimu. Benar! buku ini menceritakan tentang perjuangan orang-orang Oetimu, tapi bukan itu yang menjadi poin menarik yang aku dapatkan.
Poin menariknya dari buku ini adalah bercerita tentang masyarakat dengan tingkatan keimanan dan status yang berbeda-beda, sangat pas dong dengan situasi aku.Â
Aku sangat semangat menyelesaikan buku ini untuk mengetahui praktik penganut agama ini dari perspektif yang berbeda.
Nah, lewat buku ini bercerita tentang sosok flater, romo, mahasiswa, penjajah dari negeri samurai, dan guru yang melakukan eksploitasi wanita dan kuda dengan amat sangat kejam pada tahun 1900an.Â
Apakah aku mempercayai sepenuhnya? Tentu dong. Tapi aku mempercayai sebagai sebuah keseimbangan atas kekagumanku.
lewat cerita ini menyeimbangkan kekaguman itu, bahwa semua agama itu baik, bagi para penganutnya.Â
Aku yang sering sujud, mempercayai bahwa itu benar. Hal itu juga yang terjadi para penganut agama lainnya, tak terkecuali bagi para penganut kepercayaan nenek moyang juga memiliki kepercayaan yang sama besarnya pada yang diimaninya.
Semua agama baik, tapi tetap akan ada oknum yang melakukan hal yang tidak sesuai dengan ketetapan. Jadi itu hanya oknum yaaa, bukan agamanya walaupun oknum tersebut memiliki agama.
Oke, itu pelajaran yang aku dapat dari buku "Orang-orang Oetimu". Semoga tulisan ini juga menjadi pelajaran kita bersama yaaa... Nah bagi yang penasaran dengan alur cerita dan review buku boleh banget tulis di kolom komentar.