Dalam beberapa bulan terakhir, dunia telah dikejutkan oleh meningkatnya ketegangan geopolitik yang mengarah pada potensi konflik global yang lebih luas. Ketegangan ini melibatkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, dengan isu-isu mulai dari perang Rusia-Ukraina, konflik di Laut Cina Selatan, hingga perseteruan di Timur Tengah. Dalam situasi seperti ini, banyak pihak bertanya-tanya: apakah kita sedang menuju Perang Dunia Ketiga? Dan yang lebih penting bagi Indonesia, bagaimana posisi yang seharusnya diambil oleh negara dengan kebijakan luar negeri bebas-aktif ini?
Konstelasi Global yang Mencekam
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak 2022 terus memanas. Dukungan besar-besaran dari negara-negara Barat kepada Ukraina, termasuk suplai senjata, telah memancing reaksi keras dari Rusia. Konflik ini memengaruhi stabilitas di Eropa Timur dan memiliki dampak global yang signifikan, termasuk potensi eskalasi penggunaan senjata nuklir.
Sementara itu, persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik semakin intens. Laut Cina Selatan menjadi pusat konflik dengan klaim sepihak Tiongkok yang bertentangan dengan hukum internasional. Kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan ini, sebagai upaya menyeimbangkan kekuatan, menambah kompleksitas situasi.
Tidak ketinggalan, konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina kembali mencuri perhatian dunia, diperburuk dengan keterlibatan kekuatan regional seperti Iran dan Arab Saudi. Dinamika di Timur Tengah ini dapat memicu konflik skala besar yang berimbas ke kawasan lain.
Indonesia di Persimpangan Geopolitik
Indonesia, sebagai negara dengan posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik, tidak dapat mengabaikan perkembangan ini. Dengan kebijakan luar negeri bebas-aktif, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas kawasan tanpa memihak salah satu blok kekuatan.
Menteri Luar Negeri Indonesia, dalam berbagai forum internasional, telah menegaskan pentingnya pendekatan multilateral untuk menyelesaikan konflik. Indonesia juga terus mendorong peran ASEAN sebagai platform untuk dialog dan kerja sama regional, terutama dalam menangani isu-isu yang berkaitan dengan Laut Cina Selatan.
Namun, kebijakan ini bukan tanpa tantangan. Ketergantungan ekonomi pada mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Amerika Serikat menempatkan Indonesia dalam posisi sulit. Sementara itu, tantangan keamanan, termasuk ancaman terhadap jalur perdagangan di Selat Malaka, memerlukan perhatian serius.
Strategi Indonesia Menghadapi Ancaman Global
Memperkuat Diplomasi MultilateralIndonesia harus terus memperkuat perannya dalam organisasi internasional seperti ASEAN dan PBB. Sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Indonesia dapat memanfaatkan posisi ini untuk mendorong dialog damai dan menekan negara-negara besar agar menahan diri dari eskalasi konflik.
Modernisasi Pertahanan NasionalDalam menghadapi potensi konflik, peningkatan kapasitas pertahanan menjadi keharusan. Modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan peningkatan kemampuan pasukan TNI harus menjadi prioritas. Selain itu, penguatan keamanan siber juga penting untuk menghadapi ancaman non-konvensional.
Diversifikasi Hubungan EkonomiKetergantungan yang berlebihan pada satu atau dua mitra dagang utama dapat menjadi kelemahan strategis. Indonesia harus memperluas hubungan ekonomi dengan negara-negara lain, termasuk anggota BRICS, untuk mengurangi dampak negatif dari ketegangan geopolitik global.
Mempertahankan Posisi NonblokSejak era Presiden Soekarno, Indonesia telah konsisten dengan kebijakan nonblok. Posisi ini memberikan fleksibilitas bagi Indonesia untuk menjadi penengah dalam konflik global tanpa terjebak dalam aliansi militer tertentu.
Peran Indonesia di Forum BRICS
Mulai 1 Januari 2025, Indonesia akan menjadi salah satu negara mitra BRICS, bersama delapan negara lainnya. Keikutsertaan ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara berkembang lainnya dalam mendorong tatanan dunia multipolar yang lebih adil. Indonesia dapat menggunakan platform ini untuk menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang, termasuk mendukung Palestina dan memperjuangkan sistem ekonomi global yang inklusif.
Ancaman dan Peluang
Potensi pecahnya Perang Dunia Ketiga adalah ancaman nyata, tetapi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di kancah internasional. Sebagai negara dengan populasi besar dan ekonomi yang terus tumbuh, Indonesia memiliki modal untuk berperan sebagai jangkar stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
Namun, peran ini hanya bisa efektif jika didukung oleh stabilitas domestik dan kebijakan luar negeri yang konsisten. Ketegangan internal, termasuk polarisasi politik, dapat melemahkan posisi Indonesia di mata dunia.
Kesimpulan
Dalam menghadapi ketegangan geopolitik global yang mengarah pada potensi konflik besar, Indonesia harus tetap teguh pada prinsip bebas-aktif. Dengan memperkuat diplomasi multilateral, modernisasi pertahanan, diversifikasi hubungan ekonomi, dan mempertahankan posisi nonblok, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dunia. Sebagai negara yang memiliki sejarah panjang dalam mendukung perdamaian global, Indonesia diharapkan dapat menjadi penengah yang efektif di tengah ancaman konflik besar ini.
Di balik ancaman, selalu ada peluang. Indonesia harus siap memanfaatkan peluang ini untuk tidak hanya melindungi kepentingan nasional, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dan stabilitas dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H