Mohon tunggu...
ghitha humaira
ghitha humaira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagal ginjal di kalangan anak muda indonesia

7 September 2024   21:00 Diperbarui: 7 September 2024   21:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gagal ginjal, sebuah kondisi medis di mana ginjal kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah dan racun dari darah secara efektif, telah menjadi perhatian serius di Indonesia. Meskipun kondisi ini biasanya terkait dengan usia tua, akhir-akhir ini, terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah kasus gagal ginjal di kalangan anak muda. Fenomena ini menandai pergeseran demografis yang mengkhawatirkan dan memunculkan tantangan kesehatan baru bagi masyarakat Indonesia. Gaya hidup yang semakin tidak sehat, meningkatnya prevalensi penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal, menjadi faktor utama di balik tren ini.

Gaya hidup modern yang diadopsi oleh banyak anak muda Indonesia menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kasus gagal ginjal. Pola makan yang tidak seimbang, tinggi garam, dan lemak, serta rendahnya konsumsi buah dan sayuran segar, semakin memperburuk kondisi ini. Makanan cepat saji yang tinggi kandungan natrium dan lemak trans telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari anak muda. Minuman manis, termasuk minuman berenergi dan soda, juga sering dikonsumsi dalam jumlah besar, yang pada gilirannya meningkatkan risiko terkena penyakit ginjal. Ditambah lagi dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang tidak jarang ditemui di kalangan anak muda, semua faktor ini memberikan tekanan tambahan pada ginjal, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang permanen.

Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga menjadi faktor risiko yang signifikan. Anak muda yang lebih memilih gaya hidup sedentari, seperti menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar komputer atau ponsel, cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas. Obesitas sendiri merupakan faktor risiko utama untuk berkembangnya penyakit ginjal kronis. Ketika berat badan berlebih, ginjal harus bekerja lebih keras untuk menyaring limbah dari darah, yang lama-kelamaan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Sayangnya, kesadaran akan pentingnya menjaga pola hidup aktif masih rendah di kalangan anak muda Indonesia.

Di sisi lain, tingginya angka penderita penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi di kalangan anak muda juga menjadi penyebab utama meningkatnya kasus gagal ginjal. Penyakit-penyakit ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan ginjal, tetapi juga bisa menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Diabetes, misalnya, dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, yang dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Begitu juga dengan hipertensi, yang dapat merusak pembuluh darah besar dan kecil di seluruh tubuh, termasuk ginjal. Ironisnya, banyak anak muda yang tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit ini karena gejalanya sering kali tidak jelas pada tahap awal. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan penanganan yang tepat hingga kondisi mereka sudah parah.

Kesadaran yang rendah akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal juga menjadi masalah serius di kalangan anak muda Indonesia. Banyak dari mereka yang tidak menyadari bahwa ginjal memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, serta membuang racun yang berbahaya. Ketidaktahuan ini sering kali membuat mereka mengabaikan tanda-tanda awal kerusakan ginjal, seperti pembengkakan di kaki, kelelahan yang berlebihan, atau perubahan frekuensi buang air kecil. Kurangnya edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, semakin memperparah situasi ini. Padahal, deteksi dini dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat dapat menjadi langkah penting dalam mencegah perkembangan penyakit ginjal yang lebih serius.

Sistem kesehatan di Indonesia pun menghadapi tantangan besar dalam menangani kasus gagal ginjal yang semakin meningkat. Akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai masih menjadi kendala, terutama di daerah-daerah pedesaan dan terpencil. Banyak anak muda yang tidak memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang diperlukan, sehingga kondisi mereka semakin memburuk sebelum akhirnya mendapatkan perawatan. Selain itu, biaya perawatan gagal ginjal yang sangat tinggi, seperti dialisis yang harus dilakukan secara rutin, menjadi beban berat bagi banyak keluarga. Hal ini menambah beban emosional dan finansial yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, H., Arifin, H., & Murni, A. W. (2019). Korelasi karakteristik individu terhadap tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik. Jurnal Pharmascience, 6(2), 80-90.

Tukan, C. S. (2019). Hubungan konsumsi air minum dengan kejadian gagal ginjal kronik pada pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta tahun 2019 (Unpublished undergraduate thesis). STIK Sint Carolus.

Gaol, L. H. L. (2023). Pertanggungjawaban pidana terhadap BPOM sebagai pengawas dalam kasus gagal ginjal akut pada anak akibat toksikasi dalam obat sirop (Unpublished master's thesis). Universitas Jambi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun