Momen-momen kunci seperti menjawab isu sensitif atau menyoroti program unggulan selama live streaming seringkali menjadi sorotan media, yang kemudian mempengaruhi pembicaraan di ruang publik. Interaksi langsung yang ditawarkan oleh live streaming ini menciptakan kesan humanis dan autentik, meskipun tidak jarang juga memicu kritik terhadap jawaban yang dinilai kurang memadai. Secara keseluruhan, strategi ini membantu Anies untuk tetap relevan dalam perbincangan politik, terutama di kalangan pemilih muda yang menjadi target utama komunikasi politik di era digital. Reaksi publik yang beragam menunjukkan bahwa media sosial, khususnya TikTok, dapat menjadi alat yang efektif sekaligus tantangan bagi politisi dalam membangun citra mereka di era modern.
Peran media sosial dalam membangun citra politik, khususnya dalam konteks kampanye Anies Baswedan pada Pemilihan Presiden 2024, menunjukkan bahwa platform digital telah menjadi alat yang sangat efektif bagi politisi dalam membentuk persepsi publik. Di era ketika informasi dapat menyebar dengan cepat dan luas, media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok memungkinkan politisi untuk mengontrol narasi mereka secara langsung tanpa bergantung pada filter media konvensional. Melalui media ini, Anies memanfaatkan live streaming dan konten visual untuk menciptakan kesan keterbukaan dan kedekatan dengan masyarakat. Strategi ini mendukung hubungan yang lebih personal dan membangun kepercayaan dengan audiens.
Penggunaan live streaming oleh Anies tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan visi dan misinya, tetapi juga untuk menunjukkan sisi humanisnya sebagai calon pemimpin. Interaksi langsung selama sesi live streaming memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertanya dan terlibat secara aktif, menciptakan hubungan emosional yang lebih erat dengan audiens. Strategi ini sangat efektif dalam menarik perhatian generasi muda yang cenderung lebih aktif di dunia digital. Dengan memanfaatkan konten visual yang menarik dan responsif terhadap isu-isu terkini, Anies berhasil memperkuat citra positif di kalangan pemilihnya. Pencitraan melalui media sosial tidak lepas dari tantangan, seperti munculnya hoaks dan disinformasi yang dapat merusak reputasi politisi. Dalam menghadapi hal ini, sangat penting bagi Anies untuk memiliki strategi komunikasi krisis yang baik, sehingga dapat merespons kritik atau isu negatif dengan cepat dan tepat. Keterbukaan dalam memberikan klarifikasi terhadap isu-isu sensitif menjadi faktor utama dalam menjaga kepercayaan publik. Dengan demikian, meskipun media sosial menawarkan peluang besar untuk membangun pencitraan, pengelolaan informasi yang tepat sangat diperlukan agar citra yang terbentuk dapat bertahan dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, peran media sosial dalam pencitraan politik Anies Baswedan menunjukkan bahwa platform digital tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai arena kompetisi untuk memperoleh perhatian dan dukungan masyarakat. Dengan memanfaatkan teknik-teknik pencitraan yang strategis, Anies mampu membangun narasi yang mencerminkan dirinya sebagai pemimpin yang peduli dan responsif. Namun, tantangan berupa misinformasi harus ditangani dengan hati-hati agar citra positif yang telah dibangun dapat terus terjaga. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada kemampuan Anies untuk beradaptasi dengan dinamika media sosial dan merespons reaksi publik selama masa kampanye. Analisis ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana media sosial dapat memengaruhi preferensi pemilih dalam konteks pemilu di masa mendatang.
Ditulis oleh Ghina Zalfa Nuramalina, Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa prodi Ilmu Komunikasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI