Setelah ditelusuri, ternyata terdapat benang merah dari para pengojek pangkalan ini mengenai alasannya untuk tidak beralih menjadi pengojek online. Pertama, adanya kendala dalam perihal kesiapan mereka untuk memenuhi persyaratan menjadi pengojek online seperti sepeda motor yang tidak dapat didaftarkan hingga gagap teknologi.
"Motor bapak gabisa di daftarin, karena kan ada ketentuan harus dari tahun berapa sampe berapa. Motor bapak sudah terlalu jadul" Ujar T (53).
"Bapak juga kurang ngerti teknologi neng (kak), nih make hp aja hp jadul" Ujar JU (59) saat ditemui di pangkalan ojek kawasan Kota Bandung.
Bahkan diantara pengojek pangkalan pun ada yang telah melakukan pendaftaran ojek online namun terkendala fasilitas handphone yang tidak memadai sehingga dirinya tidak melanjutkan proses pendaftaran tersebut.
"Dulu juga pernah daftar, tapi ga dilanjutkan. Banyak faktor penyebabnya yang belum siap ya Handphone (salah satunya)" Ujar C (47), salah satu pengojek pangkalan di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung.
Benang merah kedua adalah perspektif pribadi dari pengojek pangkalan yang merasa bahwa mendaftar ojek online terkesan rumit sehingga pengojek pangkalan ini malas untuk mengurus pendaftaran ojek online tersebut.
"Ada keinginan tapi saya males urus syarat -- syaratnya jadi udahlah yang ada aja ini ojek pangkalan" Ujar S (45)
Hal serupa pun dirasakan oleh pengojek pangkalan lain di tempat yang berbeda, Y (55) yang pada tahun 2018 silam baru menjadi pengojek pangkalan di kawasan Cimahi.
"Harus daftar dulu males bapak neng, mending gini aja jadi ojek pangkalan duduk aja nungguin penumpang" Ujarnya saat ditemui di pangkalan ojek di daerah Cimahi.
Gambaran "keribetan" proses mendaftarkan diri untuk menjadi ojek online dibagikan oleh salah seorang pengguna Quora, Kiki yang saat ini tinggal di Jakarta. Kiki membagikan pengalamannya tentang bagaimana alur pendaftaran menjadi driver ojek online sehingga dapat pengojek pangkalan "malas" untuk beralih menjadi pengojek online.
"Pertama harus daftar online setelah itu nunggu panggilan SMS yang ga tau datangnya kapan, bisa sebulan, 3 bulan tergantung dibukanya lowongan. Setelah dapat panggilan SMS, datang kesana, wow, antrinya, ga puluhan, tapi ratusan orang. Ikut tes tertulis yang saya lupa soalnya seperti apa, dan itu sudah makan waktu setengah hari. Lolos dari tes tertulis lanjut tes Drive, bawa motor sendiri pastinya, harus lengkap ya, spion cuma satu, gagal, lampu rem mati, gagal, ga bawa sarung tangan, gagal (ada yang jual sih Deket situ). Dan itu kita nunggu di atas motor yang pasti dilapangan terbuka dengan peralatan perang lengkap, helm, jaket dan sarung tangan (ada juga yang pakai pas sudah gilirannya). Dan setelah gilirannya sangat lebih mudah dari tes buat SIM, karena pakai motor sendiri yang kita sudah biasa kita pakai). Tapi ternyata ga semudah itu, jalurnya lebih pendek, dan karena ini ojek online, tes Drive nya harus boncengan loh, jadi ya bukannya mudah mlh tambah sulit. Apalagi kalo dapat boncenger yang badannya lebih besar dari driver. Gagal 2 kali ya pulang, nanti tunggu panggilan lagi. Makanya kebanyakan opang (ojek pangkalan) yang saya kenal ga mau ribet sama proses itu, apalagi yang belum punya SIM, harus 2 kali mengalami proses itu. Sangat melelahkan" Cuit Kiki melalui akun Quoranya.