Mohon tunggu...
Ghina Aufa Maulida
Ghina Aufa Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Saya suka menulis, mewarnai, bercerita kepada khalayak umum, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konsep Kematangan, Teori Behavioristik, dan Humanistik

27 Oktober 2024   12:23 Diperbarui: 27 Oktober 2024   12:23 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  1. Konsep Kematangan: Kematangan (maturation) merupakan potensi bawaan yang dimiliki setiap individu sejak lahir dan berkembang secara alami. Konsep ini mencakup perubahan biologis dan penyesuaian struktur pada individu, khususnya dalam hal saraf dan kelenjar. Kematangan belajar dapat dilihat dari tiga aspek utama: (1) Aspek Sosial - ditandai dengan kemampuan berkomunikasi efektif dan beradaptasi dengan berbagai situasi sosial, (2) Aspek Emosional - ditunjukkan melalui kemampuan mengelola dan mengontrol emosi serta memahami perasaan orang lain, dan (3) Aspek Intelektual - tercermin dalam kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membuat penilaian logis untuk pemecahan masalah.
  2. Teori Belajar Behavioristik: Teori ini berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari stimulus dan respons. Menurut teori behavioristik yang dikemukakan oleh Thorndike, pembelajaran terjadi melalui hubungan antara stimulus dan respons yang menghasilkan perubahan perilaku. Teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh seperti Pavlov, Watson, Skinner, dan Guthrie. Pavlov dan Watson memperkenalkan Classical Conditioning, di mana pembelajaran terjadi melalui asosiasi stimulus dan respons. Skinner mengembangkan Operant Conditioning yang menekankan pada penguatan positif dan negatif dalam pembentukan perilaku. Sementara Guthrie menekankan pada prinsip asosiasi dalam pembelajaran melalui "Law of Association".
  3. Teori Belajar Humanistik: Teori humanistik memandang pembelajaran dari perspektif yang lebih holistik dengan fokus pada pengembangan potensi individu secara menyeluruh. Tokoh-tokoh seperti Arthur Combs dan Carl Rogers memberikan kontribusi signifikan dalam teori ini. Combs menekankan peran guru sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan potensi diri positif. Sementara Rogers dalam bukunya "Freedom to Learn" menguraikan prinsip-prinsip penting pembelajaran humanistik, termasuk pembelajaran bermakna, belajar tanpa hukuman, dan pentingnya inisiatif sendiri dalam belajar. Teori ini menekankan bahwa pembelajaran harus memperhatikan aspek fisik dan spiritual untuk mengoptimalkan pertumbuhan individu, dengan peserta didik sebagai fokus utama dan pendidik sebagai fasilitator yang mendukung proses aktualisasi diri mereka.

Ketiga konsep ini saling melengkapi dalam memahami proses pembelajaran. Konsep kematangan memberikan landasan biologis dan developmental, teori behavioristik menyediakan kerangka untuk memahami pembentukan perilaku melalui stimulus-respons, sedangkan teori humanistik memberikan perspektif yang lebih menyeluruh tentang perkembangan potensi manusia dalam pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun