Mohon tunggu...
Ghina Mufidah
Ghina Mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

education

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Kampus Mengajar Klik dengan Teaching Experience (KKN Rekognisi LPPM UPI 2022)

10 November 2022   18:00 Diperbarui: 10 November 2022   18:02 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini gaung Covid-19 hampir tak terdengar meskipun kewaspadaan adalah sebuah keniscayaan. Berbeda dengan saat awal berita tentang Covid-19 memenuhi seluruh media pemberitaan; cetak, audio visual bahkan cerita dari mulut ke mulut yang membuat khawatir untuk tertular. Ketika itu jangankan duduk berdekatan, mendengar berita bahwa orang yang kita kenal terpapar Covid-19 pun kita enggan untuk bertemu.

Semua kegiatan yang kita biasa kita lakukan secara langsung beralih menjadi pertemuan secara daring karena kebijakan social distancing. Memang tak ada yang dapat disalahkan terhadap munculnya rasa khawatir karena sejak 2020 WHO mengumumkan bahwa Covid-19 menjadi pandemi di seluruh dunia. Artinya, munculnya Covid-19 merupakan kondisi darurat global yang mempengaruhi seluruh tatanan kehidupan.

Tantangan semakin terasa ketika sudah memasuki era new normal beberapa sekolah perlahan lahan mulai menerapkan sistem pembelajaran tatap muka terbatas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Tantangan yang dialami guru adalah learning lost. 

Menurut The Education and Development Forum dalam Cerelia et al., (2021), learning lost adalah kondisi dimana siswa kehilangan pengetahuan dan keterampilan serta kemunduran akademik akibat kesenjangan yang berkepanjangan ataupun ketidakberlangsungan proses pendidikan. 

Beberapa contoh learning lost yang dialami siswa antara lain terbatasnya interaksi antara guru dan siswa maupun antar sesama siswa, kurangnya konsentrasi siswa saat belajar, permasalahan waktu belajar, dan kurangnya pemahaman atau serapan materi yang diberikan. Selain itu, keberlangsungan PJJ membuat beberapa siswa kehilangan motivasi belajar. Banyak diantara mereka yang justru memilih untuk tidak masuk ke sekolah bahkan memilih untuk berhenti bersekolah.

Di sisi lain, banyak hal positif dalam dunia pendidikan yang dapat diambil dari wabah Covid-19. Antara lain yaitu pengenalan konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau yang juga dikenal dengan Pembelajaran daring atau online dan penggunaan telepon genggam android sebagai sarana pembelajaran. 

Guru dan siswa mulai terbiasa menggunakan pertemuan maya melalui berbagai aplikasi yang sangat menjamur. Guru dituntut untuk menghadirkan ruang kelas ke dunia maya serta menciptakan suasana yang tidak membosankan.

Suasana yang menyenangkan tersebut dapat dikreasikan supaya mampu mendorong siswa untuk memahami materi pelajaran dengan segala keterbatasan. Keterbatasan dalam proses pembelajaran dirasakan oleh guru khususnya yang kurang menguasai teknologi. 

Kendala yang dirasakan oleh siswa seperti ketidakmampuan untuk mempelajari materi pelajaran secara optimal, keterbatasan alat dan bahan pembelajaran, ketersediaan kuota dan sinyal jaringan internet. Dampaknya dikenal dengan istilah learning loss.

Melihat kondisi Pendidikan di Indonesia juga akselerasi yang cepat dan disruptif diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim mencetuskan sebuah program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). 

Esensi dari program MBKM ini yaitu untuk meningkatkan soft skills dan hard skills agar lebih siap di masa depan. Kebijakan MBKM ini juga diharapkan dapat mewujudkan pembelajaran yang otonom, fleksibel, dan berkualitas sehingga dapat tercipta kultur belajar yang inovatif dan sesuai kebutuhan.

Kampus Mengajar merupakan bagian dari program MBKM. Program ini bertujuan untuk memberikan mahasiswa kesempatan belajar dan pengembangan diri melalui aktivitas di luar perkuliahan. Program Kampus Mengajar merupakan lanjutan dari Program Kampus Mengajar yang bertujuan memberikan solusi bagi sekolah yang terdampak pandemi Covid-19. Program ini memberdayakan mahasiswa yang domisili sekitar wilayah sekolah untuk membentuk guru dan civitas akademika di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran di tengah situasi pandemi Covid-19. 

Kampus Mengajar bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan beragam keahlian dan keterampilan dengan menjadi mitra guru dan sekolah dalam pengembangan model pembelajaran, menumbuhkan kreativitas serta inovasi dalam pembelajaran sehingga berdampak pada penguatan pembelajaran literasi dan numerasi di sekolah.

Bagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) munculnya kebijakan dari Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi klik dengan program KKN LPPM UPI mahasiswa keguruan. Selain membantu guru di sekolah, mahasiswa juga akan mendapatkan teaching experience selama melaksanakan program mengajar di sekolah. 

Keselarasan antara program MBKM kemdikbud dengan LPPM UPI juga membantu Indonesia mewujudkan poin keempat SDGs 4 yaitu pendidikan berkualitas (Quality Education) melalui KKN dan MBKM Kampus Mengajar yang diharapkan mampu membantu meningkatkan kualitas Pendidikan di SD dan SMP khususnya bidang literasi dan numerasi.

Berdasarkan pengalaman penulis, program yang dilaksanakan di sekolah sasaran dibagi menjadi 3 rancangan utama, yaitu kegiatan mengajar, adaptasi teknologi, dan administrasi sekolah. Salah satu program unggulan yang dilaksanakan pada proses pembelajaran yaitu pengenalan konsep merdeka belajar yang menekankan pada partisipasi aktif siswa. 

Melalui program unggulan Green Day, misalnya penulis mengajak siswa untuk lebih mengenal tanaman. Kegiatan dikemas sedemikian rupa sehingga terjadilah transfer pengetahuan melalui pengalaman praktik siswa secara langsung. Kegiatan Green Day dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu perkenalan karakteristik tanaman, persebaran tanaman, cara menanam, dan cara merawatnya.

Langkah-langkah kegiatan pada Green Day yaitu pertama, siswa akan dibagikan kartu berisi identitas dan karakteristik tanaman serta persebaran tanaman tersebut di seluruh dunia. Setelah mengenal tanaman, siswa mencoba secara langsung menanam tanaman bambu hias dengan berbagai media tanam, seperti water beads, cocopeat, hidroton, air, dan media tanam tanah. Setiap siswa dipersilahkan untuk berkreasi dengan media tanam yang sudah diberikan. Selain itu, siswa juga diarahkan untuk memanfaatkan barang bekas menjadi pot. 

Hal ini melatih siswa untuk bijak dalam membuang sampah dan memanfaatkan kembali barang bekas di sekitar mereka. Setelah itu, siswa dipersilahkan membawa pulang tanaman dan merawat tanaman tersebut di rumah masing-masing sesuai dengan instruksi di lembar kerja. 

Sedangkan pada program kedua dan ketiga, pengalaman yang penulis peroleh yaitu selama kurang lebih 5 bulan yaitu mengajak siswa untuk lebih dekat dengan teknologi melalui pelatihan penggunaan Microsoft dengan berbagai fitur yang disediakan. 

Selain itu kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk pembenahan administrasi sekolah seperti data pokok sekolah, bank instrumen penilaian atau soal ulangan dan sebagainya. Maka, dapat disimpulkan bahwa Program Kampus Merdek klik dengan teaching experience mahasiswa UPI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun