Pilar kedua, ibadah dan muamalah, terlihat dalam praktek-praktek sosial yang dilakukan oleh masyarakat pesantren. Misalnya, banyak pesantren yang mengembangkan koperasi syariah untuk membantu ekonomi umat, atau mengadakan kegiatan sosial seperti bakti sosial untuk membantu sesama. Masyarakat di desa ini cenderung lebih mengedepankan kesejahteraan sosial dan kebersamaan, yang sejalan dengan prinsip kemalikussalehan yang menekankan tanggung jawab sosial.
Studi Kasus: Generasi Muda Perkotaan di JakartaDi kalangan generasi muda perkotaan, meskipun nilai-nilai kemalikussalehan tidak hilang begitu saja, implementasinya sering kali terbatas. Misalnya, dalam hal iman dan akidah, banyak generasi muda yang cenderung lebih terbuka terhadap pluralisme dan berbagai pandangan agama lainnya, namun sering kali mereka kurang memahami makna dari ajaran Islam secara mendalam. Sebagian besar mereka hanya mengandalkan informasi dari internet atau media sosial, yang terkadang tidak sepenuhnya akurat.
Dalam hal ibadah dan muamalah, meskipun sholat dan puasa masih dilaksanakan, banyak generasi muda yang lebih menekankan sisi ritualistik tanpa menyadari pentingnya muamalah yang adil dan akhlak yang baik dalam hubungan sosial mereka. Media sosial, misalnya, seringkali menjadi ruang bagi perilaku individualistik dan konsumtif yang jauh dari nilai-nilai kemalikussalehan. Terlebih lagi, pengaruh budaya populer sering mengarahkan mereka pada kesenangan duniawi, yang bisa mengaburkan makna keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Analisis Implementasi Lima Pilar Kemalikussalehan
Dari kedua studi kasus di atas, kita bisa menganalisis bahwa implementasi lima pilar kemalikussalehan sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural masyarakat. Masyarakat yang lebih tradisional dan hidup dalam lingkungan yang religius cenderung lebih sukses dalam mengaplikasikan pilar-pilar ini secara menyeluruh dalam kehidupan mereka. Mereka menjalani hidup dengan prinsip saling membantu, menuntut ilmu agama dengan serius, serta memperhatikan kesejahteraan sosial.
Sementara itu, di kalangan generasi muda, penerapan pilar-pilar ini lebih terbatas, terutama dalam hal muamalah dan akhlak. Gaya hidup yang dipengaruhi oleh globalisasi dan kemajuan teknologi membuat banyak individu lebih berfokus pada pencapaian pribadi dan materi. Media sosial dan tren kehidupan perkotaan juga seringkali membuat generasi muda terlena oleh kehidupan yang serba instan dan konsumtif, yang bisa mengabaikan pentingnya nilai-nilai sosial dan moralitas yang terkandung dalam kemalikussalehan.
Namun, perbedaan ini juga membuka peluang untuk memperkuat penerapan lima pilar ini dengan pendekatan yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Generasi muda yang lebih terbuka terhadap teknologi dapat diberdayakan untuk mengakses dan menyebarkan nilai-nilai kemalikussalehan melalui platform digital, seperti podcast, video dakwah, dan aplikasi Islami. Melalui kolaborasi antara generasi tua yang lebih konservatif dengan generasi muda yang lebih adaptif terhadap teknologi, implementasi lima pilar ini bisa lebih diterima secara luas.
Kesimpulan
Implementasi lima pilar kemalikussalehan di masyarakat Indonesia menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan antara generasi tua dan muda. Generasi tua, yang lebih hidup dalam lingkungan yang lebih religius dan tradisional, cenderung lebih sukses dalam mengaplikasikan pilar-pilar ini dalam kehidupan sosial mereka. Sementara itu, generasi muda, meskipun tetap mengakui pentingnya nilai-nilai agama, sering kali terpengaruh oleh gaya hidup modern yang lebih individualistik dan materialistik.
Namun, perbedaan ini bukanlah hal yang harus dipandang negatif. Justru, terdapat peluang untuk melakukan kolaborasi antar generasi, menggabungkan pendekatan tradisional dengan inovasi teknologi. Melalui pendidikan yang lebih kontekstual dan penyadaran bersama akan pentingnya nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat membangun masyarakat yang lebih seimbang, adil, dan sejahtera, serta dapat mengimplementasikan lima pilar kemalikussalehan secara lebih optimal dalam menghadapi tantangan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H