Sebuah  Komentar Untuk Teman Saya 3 Bulan Yang Lalu
Sekitar 3 bulan yang lalu saya pernah berbincang singkat dengan seorang teman yang tiba-tiba meminta sepotong sajak yang saya tulis ketika SMA.Â
Saya kaget ketika ia mengirimkan sebuah sajak yang berisi kekagumannya pada salah satu tulisan saya waktu itu.Â
Saya lebih bingung lagi karena dalam tulisannya ia menulis kalau ia tidak sepenuhnya memahami maksud dan diksi yang saya tulis.
Memang terdengar simpel namun baru-baru ini saya kembali memikirkan esensi dari membaca sebuah sajak akibat percakapan saya 3 bulan yang lalu
"Bagaimana bisa seseorang mampu menikmati sesuatu yang ia sendiri tak bisa memahaminya ?"
Akhirnya saya bisa mengambil opini bahwa bagi saya,  sajak adalah suatu  "musik" yang dibahasakan.Â
Bahkan lebih dalam pemaknaannya daripada musik.Â
Tiap kata adalah notasi, tiap kalimat adalah melodi, tiap baris adalah harmoni.
Seorang sastrawan tak jauh beda dengan seorang komposer yang mencoba menyusun tiap bagian dengan sistematis, ia mencoba untuk menciptakan variasi aransemen-nya dengan kalbu, bahkan seringkali secara impulsif dan "ngawur".Â
Namun meski demikian dari sekian banyak susunan notasi acak itu,terkadang sang komposer merasa kagum sendiri atas aransemen-nya walaupun terlihat agak berantakan. Itulah keindahan sajak yang sampai sekarang jarang kita pahami.