Hal tersebut merupakan sebuah manifestasi dari konsep gunung sebagai sarana penghubung antara manusia dengan Yang Maha Kuasa atau dalam kepercayaan Sunda Wiwitan sering disebut Sanghyang Widhi.Â
Dalam kehidupan masyarakat Sunda, terutama yang hidup di dataran tinggi tentunya gunung memainkan peran vital baik secara langsung maupun tidak langsung.Â
Dari segi mata pencaharian banyak orang sunda yang lebih memilih berkebun daripada suku jawa yang kebanyakan memilih untuk bertani, hal ini didukung oleh letak geografis Jawa Barat yang berada di dataran tinggi.
Bagi orang sunda, gunung adalah paku bumi di dunia, gunung adalah sumber spiritual dan budi pekerti yang menuntun seorang manusia dalam berperilaku. Masyarakat Sunda mengkategorikan wilayah gunung menjadi tiga kategori yaitu : leuweung larangan (hutan keramat), leuweung tutupan (hutan lindung), dan leuweung baladaheun (hutan titipan).Â
Leuweung Larangan yaitu hutan yang tidak boleh ditebang dengan alasan apapun, leuweung tutupan yaitu hutan yang boleh ditebang namun dengan catatan harus ada pohon pengganti yang ditanam, sedangkan leuweung baladaheun merupakan hutan yang dapat digunakan untuk aktivitas berladang dan berkebun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H