Mohon tunggu...
Ibn Ghifarie
Ibn Ghifarie Mohon Tunggu... Freelancer - Kandangwesi

Ayah dari 4 anak (Fathia, Faraz, Faqih dan Fariza) yang berasal dari Bungbulang Garut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Islam dari John L Esposito

25 Januari 2011   05:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:12 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pascaruntuhnya menara kembar World Trade Center di New York, Amerika Serikat 11 September 2001 silam wajah Islam yang toleran, ramah, menghargai keragaman pun menjadi anarkis, berang, bengis, radikal, teroris. Nama-nama berembel-embelan Arab pula susah masuk negeri Paman Sam ini. Di lain sisi, kajian Islam (Islamic Studies) giat digalakan. Terutama berkenaan dengan aksi bom bunuh diri, jihad dan aksi terorisme. Benarkah Islam mengajarkan umatnya untuk membunuh orang lain? Adakah yang salah dengan keberagamaan umat Islam dan Mengapa mereka berusaha keras untuk membenci pengikut Muhammad? Saat Barat mencibir keberadaan Islam yang berwatak barbar. John L Esposito guru besar studi Islam dan hubungan internasional dari George Washington University malah giat mengkampayekan pentingnya Peradaban Masa Depan Islam sebagai solusi atas pudarnya arus modernitas melalui maha karya The Future of Islam yang telah diterbitkan Mizan dengan judul Masa Depan Islam:Antara Tantangan Kemajemukan dan Benturan dengan Barat (Desember 2010) Esposito menilai Islam tidak lagi berada dalam tegangan Mecca versus Mechanization. Mecca adalah istilah yang merujuk pada Mekkah sekaligus kehendak mempertahankan agama dalam kehidupan yang didominasi oleh segala hal yang berbau modern. Mechanization adalah istilah yang merujuk pada teknik mekanisasi berdasarkan rasio yang menjadi ciri khas kehidupan modern. Menurut Esposito, tegangan antara Mecca dan Mechanization tidak seharusnya berada dalam penafsiran yang bersifat dikotomis, apalagi saling menaklukan. “Bukan dalam kerangka, memilih Mecca dan meninggalkan Mechanization atau sebaliknya," katanya Ketidak selarasan Islam dengan demokrasi dibanatahnya, Ia mengkritik pandangan yang keliru menilai Islam sebagai agama yang tidak sejalan dengan demokrasi dan penegakan hukum. Demokrasi dan penegakan—dalam konteks ini—merupakan manifestasi dari nilai yang ada di dalam modernisasi. “Islam membutuhkan penegakan hukum dan demokrasi. Islam tidak membutuhkan sekularisasi,” tegasnya. Keimanan tidak hanya dipahami sebagai sesuatu yang bertentangan dengan rasio. Ia menuturkan, “Iman tidak berkenaan dengan di mana dan dalam keluarga yang bagaimana kamu lahir. Iman lebih berbicara dengan pilihan.” Di sinilah iman mendapat tempat. Iman menjadi sumber inspirasi bagi seseorang untuk menemukan solusi atas segala permasalahan yang ada, mulai dari ekonomi hingga politik,” terangnya Modernisasi yang mengabaikan keberadaan yang-lain menjadi pijakan untuk mengkampanyekan sikap toleransi. Pemahaman yang terbuka terhadap yang-lain itulah yang dikenal dengan istilah toleransi. “Toleransi itu berarti saya tidak akan membuang engkau keluar dari komunitas saya, saya tidak akan berhenti berinteraksi dengan kamu sekalipun kamu berbeda, saya tidak akan melarang kamu untuk menjadi tetangga saya,” paparnya Tentunya inklusifitas pemahaman antar pelaku yang menghasilkan saling-memahami antar pelaku tentu mengandaikan adanya titik tolak yang sama, adanya kesamaan nilai di antara keberagaman pandangan hidup. “Ada dua hal yang menyatukan dan menjadi nilai dasar bersama dari keberagaman tersebut. Dua hal itu adalah cinta kepada Allah dan cinta kepada tetangga,” terangnya Sikap saling pemahaman tidak muncul begitu saja. Saling pemahaman dapat bertumbuh apabila kesadaran akan kebutuhan saling memahami itu diterapkan di bidang pendidikan. “Saling memahami harus diterapkan di madrasah, juga biara-biara. Tanpa melakukan hal tersebut, sesungguhnya kita tidak akan bergerak semili pun,” tegasnya Pemahaman pluralisme pun menjadi jalan keluar yang baik untuk membenahi keadaan. “Menjadi pluralistik berarti menjadikan horison pemahaman dan pengertian saya terbuka, membuka horison pemahaman saya kepada yang-lain,” paparnya (Media Indonesia, 19/01) Upaya membangkitkan Islam di Barat, Ia tidak semata-mata menunjukan data grafik semakin tingginya jumlah penduduk yang menganut agama Islam. Namun, ia menemukan fakta-fakta mencengangkan ihwal dinamika keberislaman umat muslim di Barat. Kebebasan Barat memungkinkan para pemuka agama, intelektual, dan aktivis Islam menjadi suara utama demi perubahan religius, sosial, dan politik (John L Esposito, 2010; 65). Ini diamini olehnya, “Semua itu membangkitkan banyak pertanyaan tentang masa depan Islam dan Muslim,” katanya. Meski ia hanya mengulas secara spesifik sebagai bagian dari ulasan tentang masa depan Islam, tapi sesungguhnya, ia merancang masa depan masyarakat dunia. Pasalnya, Islam dan kaum muslim dewasa ini adalah pemain integral dalam sejarah global. Mereka bagian dari mozaik masyarakat Amerika dan Eropa, dan seluruh dunia. (Koran Jakarta, 15/01) Kiranya, sederetan pertanyaan Esposito layak kita renungkan dan ditelaah secara bersama; Apakah masa depan Islam akan berupa reformasi atau revolusi? Apakah Islam dan modernitas dapat berdampingan? Seberapa representatif dan menyebar fundamentalisme Islam? Apakah ia merupakan ancaman bagi masyarakat muslim dan Barat? Apakah Islam sejalan dengan pandangan modern seperti demokrasi, norma hukum, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia? Bisakah komunitas minoritas muslim menjadi warga yang patuh di Amerika dan Eropa? Mari kita belajar Islam kembali. Supaya ramah, toleran, damai, menghargai perbedaan yang hampir sirna di bumi persada ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun