Namun, ia memiliki dua catatan kritis terhadap film ini. Selain ending film yang dinilai kurang berani menyuguhkan solusi yang “berani”, Bachtiar melihat ada beberapa adegan yang melompat dan kurang tergambarkan secara utuh.
Bagi Romo Benny berpendapat ihwal film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta patut diacungi jempol. Di tengah-tengah kecenderungan film Indonesia yang terseret arus komersialisasi, Mizan Productions berani menempuh jalur idealis dan prinsip. Masyarakat Indonesia membutuhkan pendidikan melalui media film. “Dan melalui film ini, Mizan Productions melakukan langkah itu. Film ini sangat mendidik dan pantas ditonton oleh semua kalangan,” paparnya
Meski menisbahkan ending yang dianggapnya kurang berani pada ketakutan-ketakutan warisan Orde Baru, Mohamad Sobary, memuji film ini sebagai salah satu film terbaik yang pernah ditontonnya.
Ia merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh para intelektual dan akademisi.
Menjawab ending film yang dinilai kaku, Putut Widjanarko, justru pada ending yang dirasa bersifat kompromistis itu terangkum pesan utama yang ingin disampaikan dari film tersebut. “Film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta adalah tentang terbukanya berbagai alternatif solusi bagi persoalam pernikahan beda agama, dan bahwa jalan menuju kebahagiaan kehidupan perkawinan tidaklah tunggal” jelasnya
“Selain itu, Ending juga kami rancang sedemikian rupa, sehingga dapat menyajikan plot yang twisted dan mengejutkan penonton,” pungkasnya [Ibn Ghifarie]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI