Siang itu, matahari Desa Kemiren sedang memancarkan sinar terbaiknya. Siang itu juga kami sedang melakukan pengambilan gambar untuk keperluan foto dan video dokumentasi persiapan Festival Ngopi Sepuluh Ewu.Â
Objek kami saat itu adalah seorang Ibu keturunan suku Using yang berbaik hati mau mengenakan pakaian tradisonal dan mempraktekkan caranya menyangrai biji kopi.
"Ini harus diaduk terus sampai kira-kira 15 menit" ujar Ibu itu sambil terus menyangrai biji-biji kopi yang mulai menghitam.
Keadaan di dapur itu membuat pakaian kami basah seiring kopi mengering. Basah karena panas terik dari luar, ditambah selimut hawa, hasil terbakarnya bara api dibawah tungku besar untuk menyangrai kopi.
Setelah 15 menit, biji-biji kopi pun didinginkan dengan cara dipindahkan ke tampah bambu. Digerakan olehnya maju mundur tampah tersebut dengan tangan kiri, dan diikuti tangan kanan yang sambil mengipas calon serbuk kopi.
Selesai pada proses pendinginan, sebenarnya masih ada proses untuk menumbuk/menggiling biji kopi tersebut hingga akhirnya siap diseduh. Namun sayang, pada saat itu kami harus segera berbagi waktu untuk mendokumentasikan hal lainnya. Sehingga proses pendokumentasian berhenti di titik itu.
Terimakasih telah menerima kami @genpijogja dengan baik. Semoga ada kesempatan lainnya untuk kita bersilaturahmi lagi.
Lokasi : Salah satu dapur rumah warga Suku Using/Osing, Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H