Mohon tunggu...
Ghifari Akbar Zanjabilla
Ghifari Akbar Zanjabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif jurusan Ilmu Hubungan Internasional di UPN VETERAN YOGYAKARTA angkatan 2021

Happy or sad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Melayu-Muslim di Thailand Selatan

29 April 2023   21:23 Diperbarui: 29 April 2023   21:59 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik etnik Melayu Muslim di Thailand Selatan telah menjadi perdebatan yang berkepanjangan selama beberapa dekade terakhir. Konflik ini bermula sejak akhir abad ke-19 ketika wilayah-wilayah di sebelah selatan Thailand diambil alih oleh kerajaan Siam yang kemudian menjadi Kerajaan Thailand. Konflik tersebut memuncak pada awal 2000-an dan telah menewaskan ribuan orang. Sebelum penjajahan Siam, wilayah selatan Thailand dikuasai oleh kerajaan-kerajaan Melayu Islam. Kedatangan Siam dan pengambil alihan wilayah tersebut menyebabkan terjadinya penindasan dan diskriminasi terhadap orang-orang Melayu Muslim di wilayah tersebut. Pemerintah Siam tidak hanya memaksakan budaya dan bahasa mereka pada masyarakat setempat, tetapi juga melakukan pengusiran dan penindasan terhadap penduduk asli.

Sejak masa penjajahan, wilayah selatan Thailand telah mengalami berbagai macam konflik, baik itu bentrokan kecil hingga pemberontakan besar-besaran. Pemberontakan terbesar terjadi pada tahun 1960-an ketika kelompok-kelompok separatis Melayu Muslim mulai melakukan serangan terhadap pemerintah Thailand. Konflik ini melibatkan sekelompok orang Melayu Muslim yang ingin memisahkan diri dari Thailand dan membentuk negara sendiri yang mereka sebut sebagai "Patani Merdeka". Kelompok ini menuduh pemerintah Thailand melakukan diskriminasi dan penindasan terhadap orang-orang Melayu Muslim di wilayah tersebut. Pemerintah Thailand, di sisi lain, menganggap konflik ini sebagai masalah keamanan nasional dan menolak untuk memisahkan wilayah selatan dari negara.

Konflik etnik Melayu Muslim di Thailand Selatan telah menjadi isu yang kompleks dan rumit. Ada berbagai faktor yang menyebabkan konflik ini terus berlanjut hingga saat ini. Salah satu faktor utama adalah ketidakpuasan terhadap pemerintah Thailand di wilayah selatan. Orang-orang Melayu Muslim di wilayah ini merasa bahwa pemerintah Thailand telah melakukan diskriminasi terhadap mereka dalam berbagai hal, termasuk dalam pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak lainnya. Mereka juga merasa bahwa mereka tidak diberikan kebebasan beragama sepenuhnya dan bahkan diintimidasi oleh pemerintah.

Selain itu, faktor lain yang memperburuk konflik ini adalah kurangnya representasi politik bagi orang-orang Melayu Muslim di wilayah selatan. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki suara dalam pemerintahan dan keputusan-keputusan penting dibuat oleh pemerintah tanpa konsultasi dengan mereka. Hal ini menyebabkan kepercayaan mereka pada pemerintah semakin menurun dan memperparah konflik.

Di sisi lain, pemerintah Thailand menganggap konflik ini sebagai masalah keamanan nasional. Mereka melihat pemberontakan Melayu Muslim di wilayah selatan sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan integritas nasional. Pemerintah telah menggunakan kekerasan dan tindakan militer untuk menekan pemberontakan dan memulihkan keamanan di wilayah tersebut. Namun, tindakan pemerintah Thailand ini telah memperburuk konflik dan meningkatkan ketegangan antara pemerintah dan masyarakat Melayu Muslim. Banyak dari mereka yang merasa bahwa mereka diperlakukan dengan tidak adil oleh pemerintah dan bahwa tindakan militer hanya memperparah keadaan.

Selain itu, kekerasan yang terus terjadi di wilayah selatan telah menyebabkan dampak buruk bagi masyarakat di wilayah tersebut. Mereka hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian karena serangan teror dan kekerasan dapat terjadi kapan saja. Hal ini juga telah mempengaruhi ekonomi wilayah selatan karena banyak investasi dan bisnis

Hingga saat ini, konflik etnik Melayu Muslim di Thailand Selatan masih berlangsung, meskipun ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan kelompok separatis untuk menyelesaikan masalah ini. Pemerintah Thailand telah mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan cara-cara yang berbeda, termasuk dengan memberikan bantuan ekonomi dan memperbaiki kondisi sosial di wilayah tersebut. Namun, upaya-upaya ini belum berhasil mengakhiri konflik secara keseluruhan.

141012210831-502-830x445-644d2e4108a8b54afe175133.jpeg
141012210831-502-830x445-644d2e4108a8b54afe175133.jpeg
Penyelesaian konflik etnik Melayu Muslim di Thailand Selatan merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah Thailand dalam beberapa dekade terakhir. Sejak konflik ini meletus, pemerintah telah mencoba berbagai cara untuk menyelesaikannya, namun upaya-upaya tersebut belum berhasil mengakhiri konflik secara keseluruhan.

Dialog dan negosiasi antara pemerintah dan kelompok separatis Pemerintah Thailand telah melakukan dialog dan negosiasi dengan kelompok separatis Melayu Muslim di wilayah selatan. Pada tahun 2013, pemerintah mengadakan pertemuan dengan kelompok separatisme di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, hasil dari pertemuan ini tidak signifikan dan konflik masih terus berlangsung.

Program pembangunan ekonomi dan sosial Pemerintah Thailand telah meluncurkan sejumlah program pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah selatan, seperti program pengembangan infrastruktur dan pendidikan, serta program bantuan keuangan dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat setempat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan di wilayah selatan, serta membantu memperkuat ikatan antara masyarakat Melayu Muslim dan pemerintah.

Peningkatan keamanan dan penguatan aparat keamanan Pemerintah Thailand telah meningkatkan keamanan di wilayah selatan dengan memperkuat aparat keamanan dan memberlakukan hukuman berat bagi kelompok separatisme yang melakukan kekerasan. Pemerintah juga bekerja sama dengan negara-negara tetangga untuk memperkuat keamanan dan memerangi gerakan terorisme.

Pemberian hak-hak dan pengakuan terhadap identitas budaya Pemerintah Thailand telah memberikan pengakuan terhadap identitas budaya masyarakat Melayu Muslim, seperti pengakuan terhadap bahasa Melayu sebagai bahasa resmi di wilayah selatan, dan memberikan hak-hak budaya lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketidakpuasan dan meningkatkan integrasi antara masyarakat Melayu Muslim dan pemerintah.

Namun, upaya-upaya tersebut belum berhasil menyelesaikan konflik secara keseluruhan. Beberapa kelompok separatisme masih terus melakukan serangan dan aksi kekerasan, dan masyarakat Melayu Muslim masih merasa tidak puas dengan perlakuan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut dan berkelanjutan untuk menyelesaikan konflik ini secara damai dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun