Mohon tunggu...
Ghesti Saraswati
Ghesti Saraswati Mohon Tunggu... Ilmuwan - Alumni Fisip UI

Belajar Bersuara Untuk Membangun Bangsa. Cheers

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Virus Corona di Indonesia, Negara Tidak Hadir?

24 Maret 2020   19:24 Diperbarui: 24 Maret 2020   19:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua Negara di dunia Tidak Siap Hadapi Corona
oleh: Ghesti Sarasvati (Alumni FISIP UI)

Sejak awal Maret, saat pertama kalinya virus Corona atau Covid-19 memasuki Indonesia, banyak masyarakat Indonesia yang resah, panik, dan tidak sedikit yang mulai konsisten memaki sikap pemerintah Indonesia (dalam hal ini pemerintah pusat) yang dinilai lambat, tidak serius, bahkan menutup-nutupi fakta warga Indonesia yang telah wafat sebagai korban dari Corona. 

Hingga hari ini, di Indonesia 686 warga positif terinfeksi corona, 30 orang dinyatakan sembuh, dan 55 orang meninggal. Banyak rekan saya pun positif, tak sedikit yang meninggal, tentu saya sedih, namun lebih sedih lagi jika melihat kita sesama warga saling menyalahkan dan terus menyalahkan pemerintahnya. Benarkah Pemerintah Indonesia adalah pemerintah yang paling tidak siap dan tidak serius menghadapi serangan atau ancaman corona? Apakah benar negara tidak hadir dalam melindungi kesehatan warganya???

Sebelum membahas Indonesia, mari kita lihat bagaimana keadaan di negara-negara lainnya, tentu karena corona tidak memilah negara mana yang akan dijangkiti, bahkan AS, Perancis, Jerman, Inggris negara yang selama ini digadang-gadang memiliki budaya, teknologi yang lebih maju pun "ngos-ngosan" menghadapi musuh yang tidak terlihat ini. Di AS hari ini jumlah warganya yang positif terinfeksi virus Corona mencapai 43.734 orang dengan angka kematian 553 orang, di Spanyol warga yang terinfeksi 35.136 orang dengan angka kematian 2.311 orang, Perancis warga yang terinfeksi 19.856 dengan angka kematian 860 orang, Inggris jumlah warga yang terinfeksi 6.650 orang dengan angka kematian 335 orang.

Di Italia, jumlah warga yang terinfeksi mencapai 63.927 orang dengan angka kematian yang tertinggi di dunia yaitu mencapai 6.077 orang. Di Australia, jumlah kasus ada 1.887 orang dengan angka kematian 7 orang. Iran negara di Asia yang fasilitas medisnya tidak jauh berbeda dengan Indonesia mencatatkan angka kasus warganya yang positif corona sebanyak 23.049 orang dengan jumlah kematian sebanyak 1.812 orang.

Apakah negara-negara tersebut sudah siap dan memiliki persiapan yang lebih baik dari Indonesia? Tidak juga, Di AS bahkan Donald Trump sempat menganggap virus corona tidak akan membesar atau mewabah di negaranya, pada fase awal masuknya virus Corona di AS, banyak warganya mengupload video singkat yang memperlihatkan bahwa banyak warga AS yang datang dari Italia (negara terdampak corona paling parah) tidak diperiksa sedikitpun terkait protokol kesehatan corona di bandara. Di Perancis, presidennya dituntut oleh ikatan profesi dokternya karena dianggap lamban dan tidak serius mengatasi dampak corona, sehingga menyebabkan dokter meninggal karena terpapar corona.

Di Inggris Perdana Menterinya Boris Johnson dianggap tegas menegakan aturan karantina sehingga korban terus berjatuhan, pemerintah Inggris pun dinilai tidak siap karena membiarkan petugas medis kehabisan Alat Pelindung Diri (apd) sehingga harus menggunakan plastik untuk tempat sampah guna dijadikan APD. Pun di Australia, saat negara mengimbau untuk tetap di rumah, warganya justru piknik ke pantai, protes dari warga pun berdatangan menuntut ketegasan dari pemerintah.

Dari kejadian berbagai negara maju di atas, kita tentu tahu bukan saja Indonesia yang mengalami bencana ini, tetapi juga negara maju, semuanya mengalaminya dan mereka pun tidak siap. Bruce Aylward Kepala Tim Ahli WHO bahkan menyebut tidak ada negara di dunia saat ini yang siap untuk menghadapi serangan atau penyebaran virus corona. Pemerintah Indonesia memang perlu berbenah, tetapi bukan berarti pemerintah Indonesia tidak berbuat, bukan berarti pemerintah Indonesia adalah pemerintah terburuk di dunia dalam menghadapi virus corona.

Beberapa langkah pemerintah Indonesia pun perlu diapresiasi. Pemerintah sudah dengan cepat menyulap wisma atlet kemayoran dengan kapasitas lebih dari 2.000 orang menjadi RS Darurat untuk pasien corona, RS Khusus menghadapi virus corona pun sudah dibangun dengan kilat di Pulau Galangan, Kepulauan Riau yang akan selesai akhir bulan ini. 

Beberapa gedung Diklat milik Kemendagri dan lembaga lain di daerah pun sudah disiapkan untuk dijadikan RS darurat corona di berbagai daerah di Indonesia jika situasi memburuk. Di awal penyebaran virus corona di dunia, pemerintah melakukan evakuasi dengan aman bagi para WNI di Wuhan dan di beberapa kapal pesiar yang terinfeksi virus corona, tujuannya agar WNI bisa segera pulang dengan kondisi sehat, itu pun sukses dilakukan.

Pemerintah pun menaruh perhatian penuh terhadap para tenaga medis sebagai garda depan dalam menghadapi virus corona. Tenaga medis sebanyak 606 dan 192 tenaga non medis disiapkan untuk melayani di RS darurat wisma atlet, kementerian BUMN pun telah merekrut volunteer sebanyak 328 tenaga kesehatan dan 2.590 orang tenaga non kesehatan. Insentif pun akan diberikan kepada tenaga medis mulai dari Rp 5-15 juta per bulan sebagai penghargaan atas kerja keras mereka.

Obat-obatan yang di beberapa negara diujicoba dapat mempercepat penyembuhan pasien corona, seperti Avigan dan Klorokuin juga sudah dibeli dan didatangkan pemerintah dalam jumlah yang banyak, pun demikian dengan alat tes cepat (mass rapid test) corona sudah diimpor dari Cina dengan jumlah banyak dan akan disebar ke seluruh RS rujukan corona. APD tambahan bahkan sudah diambil langsung ke Cina oleh Kementerian Pertahanan (di mana banyak negara berebut untuk mendapatkannya, karena di negaranya pun kekurangan).

Tidak hanya itu, Presiden Jokowi juga memperhatikan warga terdampak, khususnya kelas menengah ke bawah pendapatannya berkurang karena pembatasan kegiatan di luar rumah (bekerja, sekolah, dan beribadah dari rumah). Di mana penerima kartu sembako selama 6 bulan ke depan akan ditambah Rp 50.000 per keluarga sehingga menjadi Rp 200.000 per bulan, kredit usaha di bawah Rp 10 milyar diberikan penundaan cicilan 1 tahun dan penurunan bunga, pun demikian dengan ojek online, sopir taksi, nelayan yang tengah kredit motor, mobil, atau perahu diberikan kelonggaran, yaitu waktu tambahan untuk menyicil selama satu tahun. Presiden juga meminta masing-masing pemerintah daerah mendata rakyat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah (penghasilan harian) dan diberikan perlindungan dan jaminan selama masa wabah corona berlangsung dan dihadapi dengan pembatasan kegiatan sosial.

Pada akhirnya, kita mengetahui, negara telah hadir di tengah masyarakatnya. Negara tidak berpangku tangan, dan sebaiknya sebagai warga negara kita tidak perlu "nyiyir atau mencaci" lagi terkait langkah pemerintah kita, karena toh semua negara tidak siap menghadapi corona. 

Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini hanya perlu didukung rakyatnya, dengan patuh terhadap anjurannya, dan memberikan apa yang kita bisa untuk menghadapi situasi ini. Seperti sebuah pesan "hidup yang bermanfaat adalah hidup yang memberikan manfaat kepada orang lain", dan tentu saja "hidup yang terus mencerca orang lain atau pemerintahnya". Semangat Indonesiaku, kita pasti bisa melewati ini semua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun