Kemarin aku hadir di acara wisuda sahabat saat SMA di balairung Universitas Indonesia Depok. Acaranya meriah sekali, gedung penuh sesak wisudawan, wisudawati dan keluarga yang berpakaian rapi seperti mau ke pesta, yang pria banyak pakai jas dan batik, yang perempuan banyak pakai kebaya. Padahal cuma acara wisuda yah, koq pada heboh begini penampilannya.Â
Saya bisa ngerti dan memahami kalo yang diwisuda dapat IPK cum laude, tapi kalo seperti kawan saya yang IPKnya hanya 2.7, koq rasa-rasanya berlebihan. Apalagi ada kebiasaan, yang IPKnya paling kecil, dipanggil ke depan oleh rektor atau dekannya paling belakang, padahal datang ke acara wisuda jam 6 pagi, dandan heboh sampai booking salon langganan, eh dipanggil ke depannya jam 11 siang. Kasihan deh Lo.
Pertanyaan teman-teman dan lawan-lawan hampir sama? Kuliah 4 sampai 7 tahun, setelah selesai kuliah (selesai lulus yah, bukan selesai drop out) lalu apa? Apakah lanjut ke strata 2 (master)? Apakah melamar kerja? Atau menikah dan pasrah dikerja oleh suami/istri pagi siang malam? Atau justru tidak ketiga-tiganya, jadi nganggur aja gitu, luntang lantung gak karuan tiap hari, ikut acara kesana kesini atau bekennya disebut PENGACARA (pengangguran banyak acara).Â
Kalo memang jadi PENGACARA, ada baiknya waktu diisi dengan kegiatan yang positif, misal menulis di blog pribadi atau blog keroyokan seperti kompasiana tercinta ini, ikut semua lomba menulis yang ada, siapa tahu menang lomba kan hadiahnya lumayan, dan siapa tahu tulisannya dilirik penerbit besar dan dijadikan buku yang akan best seller. Siapa tahu? Tuhan selalu punya rencana yang manusia tak bisa menebaknya.
Pertanyaan yang sekilas terlihat mudah, padahal sangat sulit untuk menjawabnya, antara lain karena :
- butuh uang besar untuk melanjutkan ke jenjang pasca sarjana (strata 2), tidak cukup 5-10 juta sampai lulus.
- Tidak banyak lowongan pekerjaan dengan gaji besar untuk sarjana fresh graduate, malah yang ada biasanya dibayar sebagai karyawan kontrak atau tenaga honorer karena gak punya pengalaman. Kalo sudah cape kerja seharian, seminggu penuh hanya di bayar Rp 1.000.000 per bulan, mending minta papa mama bisa dapat minimal sejuta sebulan juga.
- mau menikah dengan siapa? Pacar juga gak punya. Jikapun ada yang mau diajak nikah, atau ada yang mengajak nikah, tapi ternyata pasangan orang. Banyak orang gak siap untuk pernikahan poligami, bukan karena gak bisa bersikap adil, tapi karena belum cukup pengetahuan agama dan gak bisa mengeLola perasaan cemburu.
Kalo teman-teman pilihannya apa? Tuliskan di kolom komentar yah, apa mau lanjut kuliah, mau kerja, atau mau menikah? Atau mau kawin aja, tanpa nikah? Ini juga pilihan, walau bukan pilihan yang baik.
Kalo aku sih setelah lulus nanti, aku sudah punya rencana, yang berbeda dari orang lain. Aku pingin menikah dengan anak tunggal bossnya bapak, lalu lanjut ambil master di luar negeri, istri ikut ke luar negeri dan aku bekerja sebagai kepala cabang di perusahaan mertua perwakilan di negara aku menuntut ilmu. Cita-cita dan keinginan yang gak muluk-muluk kan? Cita-cita dan keinginan ini, Gak sampai menggantungnya di langit.
Sekian dan terima gaji
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H