Meskipun tergolong novel klasik, The Belly of Paris tidak memberikan deskripsi yang berlebihan di awal adegan. Hal ini menunjukkan bahwa latar tempat tidak hanya berguna untuk memberitahu audiens di mana adegan terjadi, tetapi juga memberikan detail yang cukup untuk merangsang imajinasi pembaca.
Dari kedua contoh tersebut, kita juga dapat memahami bahwa menulis tidak perlu menggunakan bahasa yang rumit dan istilah yang jarang digunakan. Gunakan bahasa yang sederhana namun tetap mampu memberikan informasi kepada pembaca agar mereka dapat menggunakan imajinasi mereka.
Bila masih terasa sulit dalam menulis deskripsi awal suatu adegan lewat latar tempat, Anda bisa memperhatikan keunikan dari lokasi yang dijadikan latar tempat dan sampaikan pendapat Anda tentang hal tersebut. Ingatlah bahwa penyebutan latar tempat tidak cukup hanya dengan menyebutkan nama tempatnya saja, tetapi juga dengan memberikan deskripsi yang cukup untuk merangsang imajinasi pembaca.
Pada akhirnya, penjelasan tentang latar tempat dalam cerita fiksi dapat bergantung pada kreativitas penulisnya. Penulis dapat memberikan pendapat mereka tentang bagaimana latar tempat dideskripsikan, namun tetap perlu mempertahankan keinginan audiens untuk berimajinasi
Daftar Pustaka
https://geotimes.id/kolom/sastra-dan-naturalisme/ diakses pada tanggal 19 April 2024
Sugiyanto. (2012). Pembelajaran Cerita Fiksi. Grasindo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H