Meskipun aku secara pribadi berpendapat bahwa dampak ini mungkin akan lebih terasa di akhir cerita (jika berakhir dengan Bittersweet Ending ataupun Sweet Ending) karena mungkin si protagonis kembali bersama dengan love interestnya setelah menyelesaikan konflik sepanjang cerita (kalau genrenya romance).
Tapi dampak positif dapat juga terjadi di pertengahan cerita menuju akhir. Mungkin dari konflik yang terjadi, tokoh yang sebelumnya menjadi penghalang bagi si protagonis akhirnya mau membantu protagnois dalam mencapai tujuannya (mungkin meminjami alat/ memberikan petunjuk / ikut dalam petualangan si protagonis, dan lain-lain).
Konflik dapat dipengaruh oleh kebiasaan ataupun gender. Perbedaan kebiasaan orang lain dalam menangani sesuatu mungkin dapat menimbulkan konflik tanpa sengaja.Â
Tak hanya itu bagaimana laki-laki dan perempuan dalam menghadapi konflik juga dapat menjadikan konflik baru muncul. Misalnya, protagonis memiliki kebiasaan untuk mengalah sehingga konflik cenderung dihindari. Akibatnya, tokoh lain yang memiliki kepentingan di situ akan mengkonfrontasi si protagonis untuk bertindak.Â
Contoh lainnya, protagonis yang akitf dan agresif dapat menekan tokoh lainnya yang berbohong dan menimbulkan konflik dari pihak lain yang melihat itu sebagai tindakan yang tidak bermoral.Â
Nilai-nilai yang dipegang oleh masing-masing tokoh berperan penting dalam menghasilkan konflik sehingga sangat disarankan untuk melihat kembali dalam cerita, apa yang akan dilakukan tokoh A bila tokoh B berbuat sesuatu. Pertanyaan itu dapat memberikan kita sedikit petunjuk mengenai bagaimana konflik akan terjadi.
Seperti contoh terakhir, aku memperlihatkan bagaimana seorang tokoh merespon tindakan tokoh lain atau bagaimana tokoh tersebut merespon konflik. Wood dalam Nurbani (2023) mengemukakan bahwa terdapat beberapa macam respon terhadap konflik, diantaranya:
- The Exit Response (Respons Meninggalkan)
Respon meninggalkan atau The Exit Respone cenderung bersifat destruktif karena tidak menyelesaikan masalah. Konflik dilihat sebagai situasi menang-kalah, sehingga tidak ada keuntungan berargumen saat konflik terjadi.
- The Neglect Response (Respon Mengabaikan)
Respon bersifat menyangkal atau meminimalkan perselisihan, ketegangan, dan hal lain yang dapat memperparah konflik. The Neglect Response ini bersifat pasif dan juga destruktif. Meskipun, terkadang pengabaian dapat menjadi solusi efektif dalam merespon konflik pada beberapa situasi.
- The Loyalty Response
Individu yang merespon dengan cara ini cenderung memiliki komitmen dalam mempertahankan hubungan meski adana perbedaan dan konflik. Respon loyalitas melihat bahwa mentoleransi perbedaan tidak terlalu merugikan dan merupakan pilhan yang tepat. Meskipun, dalam beberapa kasus respon ini lebih sering meminggirkan kebutuhan pribadi demi kedamaian sebuah hubungan.Â
Respon loyalitas ini termasuk ke dalam respon pasif, tetapi juga bersifat konstruktif dalam hubungan jangka pendek. Sementara, dalam hubungan jangka panjang mungkin akan memperlihatkan pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal akan berperilaku diam dan selalu setuju, dan lama-kelamaan memiliki potensi untuk merasa tidak dihargai.
- The Voice Response